Jakarta (ANTARA News) - Bank Bukopin mentargetkan pertumbuhan Swamitra untuk tahun 2008 mencapai minimal sekitar 20 persen atau sama dengan target pertumbuhan ekspansi kredit bank tersebut yang saat ini sekitar Rp19 triliun. "Untuk swamitra bisa lebih dari itu karena kondisi ekonomi masih cukup menggairahkan untuk sektor mikro dan kecil," kata Direktur Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi Sulistyohadi kepada pers di Jakarta, akhir pekan ini. Swamitra adalah bentuk kerjasama antara Bukopin dengan koperasi untuk memberikan layanan simpan pinjam. Saat ini sudah terdapat 514 unit swamitra dengan total aset mencapai Rp600 miliar. Tahun ini Bukopin mentargetkan pertumbuhan 100 swamitra baru hingga menjadi sekitar 540 swamitra bekerjasama dengan berbagai koperasi. Menurut Sulistyohadi, pasar kredit untuk usaha mikro dan kecil masih cukup besar, dan karena itu tidak mengherankan jika banyak bank yang terjun ke pasar tersebut. Bukopin sendiri, lanjutnya, mengembangkan swamitra dengan konsep kerjasama dalam arti dana yang disalurkan tidak seluruhnya merupakan milik bank tersebut. Ini berbeda dengan yang diterapkan bank lainnya karena dana yang disalurkan merupakan milik bank bersangkutan. "Kami hanya sekitar 40 persen saja atau sekitar Rp259 miliar, sisanya adalah dari koperasi sehingga swamitra bisa dibilang merupakan milik masyarakat," katanya. Bahkan, lanjutnya, ada sekitar 100 swamitra yang tidak menggunakan dana dari Bukopin. "Swamitra tersebut milik koperasi perikanan dan merupakan kerjasama dengan Departemen Kelautan dan Perikanan," katanya. Mengenai persaingan antar lembaga yang memberikan layanan sejenis, Sulistyohadi mengatakan, tidak terlihat karena permintaan di tingkat mikro dan kecil yang begitu besar. "Pinjaman dari para rentenir dengan bunga sekitar 5 persen per hari saja banyak yang berminat, apalagi swamitra yang bunga kreditnya hanya sekitar 30 hingga 32 persen efektif," katanya. Bahkan ada cerita lucu dimana ketika swamina (kerjasama swamitra dengan koperasi perikanan) beroperasi pertama kalinya, banyak yang keberatan dengan tingkat bunga yang ditawarkan. "Itu bukan karena terlalu tinggi, tapi karena dinilai rendah," katanya. Sementara mengenai kredit untuk UMKM, Sulistyohadi mengatakan, pihaknya telah menyalurkan sekitar 55 persen dari total kredit sebesar Rp19 triliun untuk sektor UMKM. Bukopin, lanjutnya, tetap komitmen untuk mengembangkan UMKM bahkan semua kantor cabang hanya diberi wewenang untuk memproses kredit hingga batas maksimum sebesar Rp10 miliar, di atas jumlah itu harus ke pusat. Penyaluran kredit di kantor cabang juga hanya untuk 10 sektor unggulan usaha di masing-masing wilayah. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007