"Bicara soal infrastruktur itu harus kasus per kasus dengan perhitungan kebutuhannya," katanya dalam diskusi di Jakarta, Jumat.
Menurut Akbar, pembangunan infrastruktur dengan menimbang kebutuhannya akan berbeda jika dilihat per proyek. Misalnya saja pembangunan New Yogyakarta International Airport (NYIA) yang diperlukan untuk mendukung aktivitas di kota gudeg itu.
Pembangunan NYIA, tentu akan berbeda jika dibandingkan dengan pembangunan LRT Palembang yang tidak terlalu mendesak untuk mendukung aktivitas warga.
"Kita juga harus mengecek apa infrastruktur itu direncanakan dan dilaksanakan dengan baik. Juga perlu dilihat apa infrastruktur telah melibatkan masyarakat atau tidak, termasuk pemerintah daerahnya," katanya.
Hal lain yang juga harus dicek terkait pembangunan infrastruktur adalah mengenai pembiayaan proyeknya yang berbeda-beda mulai dari pembiayaan menggunakan APBN, BUMN hingga swasta.
Akbar menambahkan, lantaran harus dilihat per kasus, dampak dari pembangunan proyek infrastruktur pun tidak bisa digeneralisir.
Pasalnya, ia melihat ada infrastruktur yang sudah mulai berdampak baik, ada pula yang belum karena masih membutuhkan waktu.
Oleh karena itu, Akbar berharap debat kedua nanti dengan tema energi, pangan, infrastruktur, sumber daya alam dan lingkungan hidup akan dapat memberikan pencerahan mengenai pembangunan infrastruktur yang kerap jadi perdebatan antardua kubu.
"Jadi tidak bisa digeneralisir, harus dirinci. Kalau mau serius, capres petahana harus tunjukan bahwa yang berhasil lebih banyak daripada yang belum. Kalau yang oposisi tunjukan sebaliknya sehingga debat nanti tidak sekadar jargon," katanya.
Baca juga: Menhub nilai infrastruktur "tulang punggung" pembangunan nasional
Baca juga: Pengamat: Jokowi punya desain pembangunan infrastruktur yang jelas dan matang
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019