Jakarta (ANTARA News)- Kurs rupiah pada pekan depan diperkirakan masih di bawah level Rp9.200 per dolar AS, karena pelaku pasar menantikan penentuan BI rate menyusul bunga Fed Fund AS yang telah turun 0,5 persen menjadi 4,75 persen.
"Kami optimis peluang rupiah untuk menguat masih besar, apalagi tingkat yang wajar bagi rupiah bergerak berkisar antara Rp9.000 hingga Rp9.200 per dolar AS," kata Analis Valas PT Bank Saudara, Ruri Nova di Jakarta, akhir pekan ini.
Menurut dia, peluang menguat itu berdasarkan antisipasi bahwa Bank Indonesia (BI) diperkirakan masih mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) pada level 8,25 persen, dan tidak ikut-ikutan menurunkan suku bunga sebagaimana dilakukan The Federal AS, sehingga ada selisih besar antara bunga di Indonesia dan AS itu menguntungkan rupiah.
BI, lanjutnya, masih mempertahankan bunga BI rate terkait dengan laju inflasi September 2007 yang mencapai 0,80 persen lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya tercatat 0,74 persen.
"Karena itu suku bunga acuan BI masih akan bertengger di level 8,25 persen. Namun BI rate ada tren hingga 8 persen di akhir tahun ini," ucapnya.
Ruri Nova mengatakan pergerakan rupiah di pasar uang tetap harus diwaspadai, mengingat kasus gagal bayar kredit sektor perumahan (Subprime Mortgage) di AS dampaknya belum tuntas selesai, seperti yang tampak pada bank-bank di Eropa, di antaranya kasus bank Northern Rock.
Dampak kasus gagal bayar kredit itu diperkirakan akan masih harus diwaspadai sampai dua tahun mendatang untuk menghindarkan terjadinya tatanan keuangan yang rusak, khususnya di negara berkembang, ujarnya. (*)
Copyright © ANTARA 2007