Kota Gaza (ANTARA News) - Pemimpin tinggi Hamas sekaligus mantan Perdana Menteri Palestina, Ismail Haniya, minta agar negara-negara Arab memboikot pertemuan perdamaian Timur Tengah yang akan diselenggarakan bulan depan dan disponsori AS. "Kami meminta kepada para saudara kami dari Arab, khususnya kerajaan Arab Saudi dan Mesir, untuk mempertimbangkan kembali setiap keputusan guna ambil bagian dalam konferensi ini," katanya dalam wawancara dengan satu majalah Palestina, edisi Sabtu, yang dekat dengan faksi Hamas. "Tidak sedikitpun kami menaruh harapan dalam konferensi ini," tambah dia sambil berbicara tegas menentang "normalisasi apapun" dengan Israel. Hamas dianggap sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat, Uni Eropa dan Israel, karena faksi itu menolak untuk meninggalkan kekerasan maupun mengakui Israel, serta tidak mematuhi kesepakatan terakhir untuk perdamaian sementara. Haniya mengemukakan hal tersebut di saat Menlu AS, Condoleezza Rice, bersiap untuk mengunjungi Timur Tengah pada pekan mendatang guna menekankan pentingnya pertemuan itu. Pemerintah Washington belum mengirimkan undangan atau menentukan rincian waktu dan tempat pertemuan tersebut. Pada Rabu, Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert, dan Presiden Palestina, Mahmud Abbas, bertemu untuk keempat-kalinya dalam kurun waktu kurang dari dua bulan. Kedua pemimpin itu minta pembantu masing-masing untuk mulai menyusun dokumen bersama yang akan digunakan sebagai dasar pembicaran perdamaian. Hamas merebut kekuasaan di Jalur Gaza pada pertengahan Juni dengan mengusir pasukan yang setia kepada Abbas. Presiden Palestina tersebut memecat Haniya dari jabatan kepala pemerintahan persatuan nasional lalu membentuk kabinet baru. Akibatnya, wilayah Palestina secara efektif terbelah karena Fatah mempertahankan basis kekuasaannya di wilayah pendudukan Tepi Barat, demikian AFP.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007