Denpasar (ANTARA News) - Inspektur satu atau Iptu I Wayan Suarya (45) yang dilaporkan melakukan pemukulan terhadap seorang wartawan di markas Poltabes Denpasar, Bali, Jumat, sudah tidak memegang senjata api dinas seperti biasanya. "Untungnya perwira polisi itu sudah tidak pegang senjata. Kalau masih bawa pistol, bisa-bisa tidak sekedar memukul, tetapi main tembak," kata Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Bali, Djesna Winada, menjawab ANTARA News di Denpasar, Sabtu. Dijelaskan bahwa pemukulan terhadap Ngurah Kertanegara (30), wartawan Harian Denpost, berlangsung saat korban bersama sejumlah rekannya melakukan tugas liputan di Poltabes Denpasar. Ngurah dipanggil oleh perwira polisi berseragam lengkap itu dan langsung dipukul bagian perutnya, seraya mengucap "Gara-gara kamu pangkat saya tidak naik". Iptu Wayan Suarya dilaporkan dalam kondisi emosi langsung melayangkan pukulan dengan tangan kosong, seraya melontarkan kata-kata bernada ancaman pembunuhan. Bersama sejumlah wartawan peliput kepolisian, kejadian itu kemudian diadukan ke Bagian Propam (profesi dan pengamanan) serta dilaporkan langsung ke Kapoltabes Kombes Pol Yovianes Mahar. Menurut Djesna, kasus ini juga menjadi perhatian Kapolda Bali Irjen Pol Paulus Purwoko, yang berjanji menindak tegas anggotanya jika benar-benar bersalah. "Kapolda minta waktu satu-dua hari untuk mendalami kasus pemukulan ini," ucapnya. Berdasarkan konfirmasi Kepala Bidang Humas Polda Bali Kombes Pol AS Reniban, jajaran pengurus harian dan seksi hukum PWI Cabang Bali akan diterima Kapolda Paulus Purwoko, Senin (8/10) pagi. Korban Ngurah Kertanegara juga sudah menjalani visum et repertum di Rumah Sakit Polda Bali di Denpasar. Kasus pemukulan itu diduga terkait pemberitaan beberapa waktu lalu, yang melaporkan tindakan perwira polisi yang mengamuk di sebuah tempat karaoke gara-gara rebutan wanita pendamping atau dikenal dengan istilah "cewek orderan"/CO. Selain kasus pemukulan wartawan oleh oknum polisi itu, Djesna Winada juga mengeluhkan adanya sejumlah orang yang mengatasnamakan organisasi PWI untuk meminta-minta sumbangan, termasuk ke sekolah-sekolah di berbagai daerah di Bali. Ia berharap berbagai pihak tak meladeni permintaan sumbangan dari orang-orang yang mengaku-ngaku sebagai pengurus PWI tersebut dan jika perlu melaporkannya kepada pihak berwajib.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007