Bengkulu (ANTARA News) - Gempa bumi berkekuatan 7,9 Skala Richter(SR) yang terjadi 12 September 2007 di Bengkulu telah memicu kenaikan inflasi dan transaksi perbankan di Provinsi Bengkulu. Kepala Bank Indonesia Cabang Bengkulu Syarifuddin Bassara, Sabtu, mengatakan, transaksi perbankan di Bengkulu sejak sepekan bencana itu terjadi sangat terganggu sekali, sehingga penyaluran kredit dan kegiatan lainnya menjadi tak stabil. Selain itu, juga memicu tingginya inflasi akibat daya beli tinggi dan banyaknya masuk dana bantuan ke daerah itu, namun untuk data lebih rinci inflasinya baru bisa diketahui akhir bulan depan. Menurut perkiraan sekarang, tingkat inflasi sudah mencapai 3,57 persen dari biasanya masih dibawah dua persen, sedangkan dana masuk ke Bank Indonesia meningkat cukup pesat yakni dari rata-rata Rp100juta menjadi Rpp300 juta. Dana sebesar itu sebagian besar dari bantuan untuk korban gempa, termasuk dari Presiden RI, namun sudah melalui tangan masyarakat, akibatnya memicu kenaikan harga, terutama menjelang lebaran tahun ini. Permintaan kosumen yang tertinggi adalah pada berbagai jenis bahan bangunan, seperti semen, besi, batu kali dan lainnya, sedangkan permintaan bahan makanan dan sandang mejelang lebaran juga tak kalah besarnya. Pihak perbankan saat ini tetap akan memenuhi permintaan masyarakat, terutama menjelang lebaran yang membutuhkan uang pecahan kecil yakni Rp1.000, Rp5.000 dan Rp10.000. Untuk pelayanan uang kecil itu, pihaknya akan melayani transaksi terhadap konsumen dari 1-11 Oktober 2007, setelah itu uang tetap tersedia di mesin ATM yang ada di Kota Bengkulu. Joni, salah seorang pemilik toko bahan bangunan di Kota Bengkulu secara terpisah mengakui permintaan bahan bangunan pasca gempa naik 50 persen dari hari biasa. Biasanya setiap hari mendapatkan dana dari konsumen sekitar Rp500 juta, dan setelah gempa naik dua kali lipat, ujar pemilik tokodi Simpang Skip itu.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007