"Sepertinya dua-duanya masih absurd, dari segi dukungan terhadap lingkungan belum terlalu jelas apa langkah-langkahnya," kata Maryati di sela-sela konferensi pers, Jakarta, Rabu.
Bahkan kedua pasangan calon, kata dia, masih menawarkan program yang mengeksploitasi lingkungan. "Keduanya masih pro eksploitasi lingkungan karena masih menetapkan target fiskal, produksi sehingga tidak banyak memakai kata perlindungan lingkungan," katanya.
Maryati menambahkan, terkait isu lingkungan, pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin diperkirakan akan lebih menitikberatkan pada penegakkan hukum. "Mungkin karena mereka melihat perkembangan di Kementerian LHK terkait penegakkan hukum kasus kebakaran hutan cukup baik perkembangannya tahun ini," katanya.
Ia juga menilai dalam Debat Pilpres 2019 putaran kedua nanti, Jokowi bisa memaparkan programnya secara lebih rinci karena sudah berpengalaman dalam pemerintahan. Sementara Prabowo diperkirakan akan lebih menyoroti isu pangan.
"Paslon nomor urut 01 bisa lebih mendalam (program) karena sudah merasakan (pemerintahan). Paslon nomor urut 02 belum terlalu kebayang. Tapi kalau dilihat dari latar belakang Pak Prabowo di asosiasi tani dulu yang merasakan problem riil di sektor pertanian, maka akan lebih membahas pangan," katanya.
Pada 17 Februari 2019 mendatang, Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan menggelar Debat Pilpres 2019 putaran kedua dengan tema energi, pangan, infrastruktur, sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Debat Pilpres 2019 diharapkan bisa mengedukasi masyarakat untuk lebih memahami program kerja yang ditawarkan capres-cawapres. Selain itu juga bertujuan untuk memberikan pemahaman program-programnya kepada masyarakat yang belum menentukan pilihan atau masih dapat mengubah pilihannya.
Baca juga: Cawapres diminta berani jelaskan substansi program di debat kedua
Baca juga: Pengamat khawatirkan isu lingkungan akan "tenggelam"
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019