Jakarta (ANTARA News) - Rusia meminta Amerika Serikat tidak memperkeruh situasi di Venezuela, yang tengah menghadapi krisis kepemimpinan.
Rusia melihat bahwa AS tidak hanya menetapkan sanksi ekonomi terhadap Venezuela, tetapi juga mulai melakukan upaya pergantian rezim secara paksa dengan mengerahkan militer.
“Apa yang sebenarnya AS lakukan adalah mengubah rezim di Venezuela. Mereka mengatakan bahwa hidup warga Venezuela buruk di bawah rezim saat ini, lalu mengapa menjadikannya lebih buruk, mengapa menjatuhkan sanksi (ekonomi),” kata Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Georgievna Vorobieva dalam keterangan kepada pers di kediamannya di Jakarta, Rabu.
Baca juga: AS sanksi Venezuela, harga minyak Amerika Latin naik
Baca juga: PBB prihatin dengan sanksi AS terhadap Venezuela
Rusia menyeru AS dan seluruh negara di dunia untuk mengembalikan demokrasi di Venezuela, dengan menghormati hak warga Venezuela untuk menentukan nasibnya sendiri di tengah tantangan yang saat ini dihadapi.
"Kami berada di pihak pemerintah bukan mendukung Nicolas Maduro secara pribadi, tetapi kami mendukung dan membantu memperjuangkan hak-hak warga Venezuela yang seharusnya," kata Dubes Lyudmila.
Lyudmila juga meminta seluruh negara di dunia menaati hukum internasional, termasuk Konvensi Wina dan Piagam PBB, dalam menyikapi krisis di Venezuela.
Dukungan internasional, menurut dia, diperlukan untuk mempromosikan penyelesaian konflik di Venezuela berdasarkan konstitusi dan undang-undang negara tersebut.
“Dan kami tetap berkomitmen untuk memfasilitasi proses (penyelesaian damai) ini, tetapi masyarakat Venezuela yang harus memutuskan nasib negara mereka sendiri tanpa campur tangan dari luar,” tutur Dubes Lyudmila.
Rusia telah mengumumkan kesediannya untuk memfasilitasi dialog antara pemerintah Venezuela dan oposisi, sekaligus memperingatkan AS untuk tidak mencampuri urusan dalam negeri Karakas.
Rusia berpihak kepada Presiden Nicolas Maduro dalam perselisihan dengan pemimpin oposisi Juan Guaido. Maduro memiliki kontrol terhadap lembaga-lembaga negara termasuk militer.
Meskipun demikian, beberapa negara Barat, termasuk AS, mengakui Guaido sebagai presiden sementara Venezuela.
Baca juga: Fasilitasi dialog Venezuela, Rusia ingatkan AS untuk tidak ikut campur
Baca juga: Italia desak Venezuela selenggarakan pemilihan umum "yang demokratis"
Baca juga: Turki katakan negara-negara pendukung Guaido picu krisis Venezuela
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Azizah Fitriyanti
Copyright © ANTARA 2019