Kalau dulu ada pembangunan berwawasan lingkungan, sekarang lingkungan yang seperti apa? Di Indonesia lingkungannya penuh bencana,Jakarta (ANTARA News) - Pejabat Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menekankan pentingnya pembangunan berwawasan kebencanaan di wilayah Indonesia yang umumnya rawan bencana.
"Pembangunan di daerah itu harus berwawasan kebencanaan. Kalau dulu ada pembangunan berwawasan lingkungan, sekarang lingkungan yang seperti apa? Di Indonesia lingkungannya penuh bencana," kata Kepala Bidang Manajemen Operasi Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG Ariska Rudyanto di Jakarta, Rabu.
Pemerintah daerah mesti memasukkan antisipasi bencana dalam setiap setiap perencanaan pembangunannya.
"Harus lebih siap, undang para ahli, jadi nanti ada investor kita sudah siap, termasuk ada SOP jika terjadi bencana apa yang harus dilakukan, jadinya promosi juga bahwa daerah siap meski di wilayah rawan bencana," kata Ariska.
Sebagai contoh, dia menjelaskan apa yang dilakukan oleh Bali, daerah tujuan wisata yang rawan menghadapi gempa dan tsunami. Dalam hal ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali bergerak secara proaktif dalam melakukan sosialisasi berkenaan dengan mitigasi bencana, dan hotel-hotel di sana guna mengantisipasi dampak bencana memiliki standar bangunan dan standar prosedur operasi tertentu.
"Bicara jasa, apalagi wisatawan asing, ini melihatnya masalah keamanan, yang dilihat apakah hotelnya siap, juga SDM-nya," kata Ariska.
Dia mengatakan saat ini rata-rata pemerintah daerah sudah mulai menyadari pentingnya wawasan kebencanaan dalam pembangunan, utamanya yang sudah terkena dampak bencana gempa bumi besar dan tsunami.
"Kuncinya adalah pemda harus tegas, harus bisa memberikan semacam pengertian, atau kalau perlu beri insentif kepada dunia usaha yang sudah mau menerapkan wawasan kebencanaan," katanya.
Baca juga:
Peta KRB Rekomendasi Pembangunan Wilayah Rawan Bencana
Presiden minta rencana pembangunan daerah pertimbangkan risiko kebencanaan
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019