Jakarta (ANTARA News) - Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio memprediksikan tema pangan akan ramai diperdebatkan pada debat calon presiden (capres) putaran kedua pada 17 Februari 2019.

"Kalau tema apa yang sekiranya akan ramai, saya kira soal pangan, karena pada pemerintahan Jokowi bisa dibilang belum bisa swasembada pangan," kata Hendri Satrio menjelaskan kepada Antaranews.com di Jakarta, Selasa.

Hendri menilai pemerintahan Jokowi masih banyak impor beberapa bahan pangan yang membuat kurang berhasil swasembada pangan, sementara capres lainnya Prabowo dan kubunya semanangat mencangkan soal swasembada pangan.

"Nanti sepertinya, soal pangan akan lebih banyak ditanyakan oleh Prabowo dan Jokowi akan pamer di capaian lainnya seperti infrastruktur dan energi," kata Hendri.

Karena itu, Hendri mengingatkan agar kedua capres menyiapkan soal data sehingga adu argumen akan lebih jelas dan tidak asal menjawab.

Isu pangan merupakan salah satu topik dalam tema debat capres tahap II yang akan digelar pada Minggu, 17 Februari 2019, selain energi, infrastruktur, sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Berbagai cara ditempuh pemerintah untuk meningkatkan produksi. Salah satu yang gencar dilakukan adalah optimalisasi lahan rawa menjadi sawah atau lahan pertanian.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman pada tahun 2019 memfokuskan optimalisasi lahan rawa menjadi lahan sawah yang produktif dengan target mencapai 500.000 hektare.

"Rencana optimalisasi tahun ini sekitar 500.000 hektare. Lahan rawa ini adalah lahan tidur yang harus dioptimalkan," kata Amran.

Amran mengatakan optimalisasi lahan rawa akan dilakukan di lima provinsi, yakni Kalimantan Selatan, Sumatra Selatan, Sulawesi Selatan dan dua wilayah baru tambahan, di Bengkulu dan Jambi.

Menurut dia, dengan penggunaan bibit yang sesuai dengan lahan rawa, produktivitas padi bisa meningkat sampai tiga kali lipat, yakni dari 2 ton per hektare menjadi 6 ton per hektare dan waktu tanam maksimal 3 kali setahun.
Baca juga: FAO sebut harga pangan dunia naik pada Januari

Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019