Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 3.257 Puskesmas sudah memanfaatkan hasil kunjungan keluarga dalam proses manajemen Puskesmas dan melakukan intervensi lanjut terhadap penyakit-penyakit yang ada di masyarakat.

Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Bambang Wibowo dalam pertemuan PraRakerkesnas 2019, di ICE BSD Tangerang Senin, menyampaikan materi evaluasi implementasi Program Indonesia Sehat dan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) yang menjadi upaya untuk mendeteksi dini penyakit di keluarga Indonesia.

Bambang mengungkapkan hasil verifikasi kunjungan keluarga dilakukan secara berjenjang setiap tingkatan dengan pola pembinaan wilayah dengan hasil yaitu 10 persen dari tingkat Puskesmas, tingkat kabupaten-kota 14,6 persen, dan tingkat provinsi 47 persen.

Selanjutnya, Bambang mengapresiasi kepada wilayah Sulawesi Barat, Bengkulu, dan Riau dengan presentase kunjungan keluarga dan intervensi awal di atas 70 persen.

Selain itu, apresiasi diberikan kepada Puskesmas Aru Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat yang memanfaatkan inovasi berbasis teknologi informasi melalui penggunaan Google Maps dengan pemetaan PIS-PK di wilayahnya. Sementara Puskesmas Bloto di Kota Mojokerto juga mengembangkan Aplikasi Pendukung Keluarga Sehat (APKS) dalam pelaksanaan PIS-PK.

Pada pertemuan PraRakerkesnas tersebut Dirjen Yankes menginginkan komitmen di tingkat Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten-Kota agar implementasi PIS-PK semakin lebih baik.

Bambang menjelaskan capaian implementasi PISPK mengalami peningkatan di banding tahun 2017 yang terdapat 2.926 Puskesmas di 514 kabupaten-kota di 34 provinsi menjadi 6.025 Puskesmas di tahun 2018 dengan total lebih dari 25 juta keluarga yang telah dikunjungi.

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PISPK) merupakan upaya meningkatkan kesehatan masyarakat dari Kementerian Kesehatan RI dengan melakukan strategi mendatangi langsung ke rumah masyarakat untuk melakukan pendataan penyakit sekaligus pemeriksaan kesehatan.

Upaya ini merupakan intervensi langsung untuk mencegah penyakit semakin kronik dengan menemukan kasus penyakit sejak dini, serta mendata jumlah kasus penyakit yang sebelumnya tidak diketahui.*


Baca juga: Puskesmas di Tangerang-Banten diwajibkan miliki data kesehatan penduduk

Baca juga: Masih terjadi antrean, puskesmas di Surabaya kekurangan dokter umum


Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019