Jakarta (ANTARA News) - Kecenderungan Golkar yang tidak akan melanjutkan tradisi konvensi dalam penentuan Capres disesalkan mantan Ketua Umum DPP Golkar Akbar Tandjung, apalagi konvensi sebenarnya merupakan agenda yang sudah ditetapkan sebagai agenda secara rutin setiap menjelang Pemilu. "Dengan konvensi Capres, Golkar mendapat apresiasi luar biasa dari masyarakat, Golkar dinilai sebagai partai yang modern dan terbuka, tetapi tradisi itu justru dihentikan di tengah apresiasi yang begitu baik dari masyarakat," kata Akbar Tandjung dalam dialektika demokrasi di Press Room DPR/MPR Jakarta, Jumat. Akbar Tandjung menyatakan, anggapan bahwa Golkar telah menjadi partai modern dan terbuka setelah mengagendakan konvensi itu bukan hanya disampaikan pihak-pihak di dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri. Karena itu, sebaiknya Golkar mempertimbangkan lagi untuk tetap melanjutkan konvensi Capres. "Memang ada sebagian yang menganggap dengan konvensi, siapapun bisa mencalonkan diri, termasuk artis dan pelawak. Memang konvensi terbuka untuk siapapun. Itu tidak masalah. Yang penting ada mekanisme yang harus dijalankan," kata Akbar. Akbar mengemukakan, jangan hanya melihat hasil, tetapi juga melihat proses yang harus dilalui begitu demokratis. Golkar menyelenggarakan konvensi Capres melalui pembicaraan dalam rapim pada Maret 2003, dilaksanakan mulai Juli 2003 dan berakhir April 2004. "Lebih 11 Golkar menyelenggarakan konvensi Capres dan selama kurun waktu itu seluruh jajaran partai bekerja aktif," katanya. Berkaitan dengan forum Rapimnas sebagai pengganti konvensi Capres, Akbar mengemukakan, Rapimnas itu forum biasa yang diikuti utusan dari DPD Golkar Tingkat I. Bila dibandingkan dengan konvensi, Rapimnas memiliki derajat yang berbeda karena prosesnya tidak dari bawah. Pada bagian lain berkaitan dengan munculnya sejumlah nama yang akan mencalonkan diri dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2009, Akbar Tanjung menyambut baik munculnya sejumlah nama, termasuk Megawati dan Sutiyoso. Dengan muncul ke permukaan, kata Akbar, publik akan menilai calon mana yang paling tepat untuk dipilih pada Pilpres 2009. Apalagi munculnya tokoh-tokoh itu ke publik sudah menyampaikan visi dan misinya. "Munculnya Bang Yos juga bagus. Seperti di AS, gubernur memang berpeluang menjadi presiden. Bang yos memang harus lebih memperkenalkan diri kepada masyarakat," katanya. Mengenai SBY, Akbar menilai, sebagai "incumbent" hanya soal waktu untuk menyatakan kesiapannya mencalonkan diri. "Pada saatnya, SBY tentu akan mengambil sikap," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007