Sejumlah turis mancanegara dari kejauhan terlihat, harus jatuh bangun untuk menunggangi papan surfing saat gelombang setinggi satu meter menghempasnya.

Setiap hendak berdiri setelah telungkup dengan mengayuhkan lengannya, ombak itu membuatnya terjatuh kembali. Namun, itu bukan berarti, mereka akan menyerah untuk mencobanya. Pastinya akan terus mencoba.

Terik matahari di atas ubun-ubun kepala, tidak menghentikannya untuk bertarung menaklukkan papan yang terbuat dari fiber itu. Jika, salah satu dari mereka berhasil berdiri dan mengikuti lenggak-lenggok gelombang, senyum kebahagiaan terpancarkan.

Terus berulang-ulang, sampai bisa. Memang untuk bisa menjinakkan ombak dengan papan surfing tidak bisa semudah membalikkan telapak tangan. Melainkan harus dilakukan paling tidak tiga kali, yang setiap kalinya memakan waktu dua jam.

Atraksi kelas pemula itu, ada di Pantai Selong Belanak, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, yang berjarak 49 kilometer dari ibukota Pemprov NTB, Kota Mataram atau memakan waktu tempuh sekitar dua jam. Siapa saja bisa mencobanya dan itupun jika memiliki nyali.

"Untuk berlatih surfing ada tiga tahap, yakni, pemula, medium dan pro," kata salah seorang pramuwisata yang juga pengajar surfing di Pantai Selong Belanak, Iwan.

Pria berusia 25 tahun yang sudah menekuni profesi sebagai pramuwisata sejak tiga tahun lalu. Dia menambahkan untuk tahap pemula belajarnya harus tiga kali, yakni setiap kali latihan memakan waktu sekitar dua jam.

Tiga kali latihan, mereka sudah bisa masuk ke tahap medium, katanya.

Tentunya untuk setiap tahap itu, ketinggian gelombang untuk berlatih bervariasi. Seperti tahap pemula bisa pada ombak ketinggian antara 1 sampai 2 meter.

Sedangkan tahap medium sekitar 3-4 meter. Tahap pro sudah di atas lima meter. "Untuk tahap dari pemula ke medium bisa dilakukan tiga kali latihan saja," katanya.

Sebenarnya, kata pria yang pernah berkuliah bidang perhotelan itu, untuk tahap pemula diajarkan dahulu teknik mendayung menggunakan lengan sambil telungkup di papan surfing. Kemudian perlahan-lahan berdiri mengatur keseimbangan saat ada gelombang.

Untuk mencapai tahap medium diperlukan ketekunan dan keberanian sambil memperhitungan kondisi ombak. "Jika sudah yakin, bisa naik ke tahap medium dari pemula," katanya.

Disebutkan, di tahap medium, latihannya berpindah ke Pantai Mawi yang berada di dekat Pantai Selong Belanak yang memiliki ketinggian gelombang antara 2 sampai 3 meter bahkan sampai 4 meter.

Kalau sudah pro, mereka bisa dibawa bersurfing ria di Pantai Bangko-Bangko, Lombok Barat yang ketinggiannya sekitar 7 meter dan masuk dalam kategori gelombang untuk surfing yang tertinggi di dunia.

"Saya pernah mencoba menemani surfers asal Thailand ke Bangko-Bangko, gelombangnya besar sekali," kata pria yang berambut gondrong kemerahan karena diterpa teriknya sinar matahari setiap hari.

Sementara itu, pramuwisata lainnya, Robi menyebutkan kebanyakan wisatawan yang ingin belajar surfing itu didominasi wisatawan dari mancanegara.

"Seperti Jerman, Prancis, Belanda dan China," katanya.

Sedangkan minat wisatawan nusantara untuk belajar surfing, terhitung minim sekali. "Mungkin tidak tertarik sama olahraga surfing ya," katanya.

Mereka mengutip bayaran untuk sekali berlatih selama dua jam, sebesar Rp250 ribu yang sudah termasuk dengan sewa papan surfingnya. Jika hanya ingin menyewa papannya saja Rp100 ribu.

Berkah warga lokal

Sebenarnya dengan potensi wisata di Pantai Selong Belanak yang ciamik itu dengan pantai putihnya nan bersih dan ombak yang tidak terlalu besar itu, telah memberikan berkah tersendiri bagi warga setempat.

Kenapa tidak? Para pramuwisata yang mencapai sekitar 100 orang itu merupakan putra asli kawasan Pantai Selong Belanak itu dan membuka lapangan kerja bagi mereka.

"Satu hari kita bisa mengajarkan 1-2 wisatawan untuk bersurfing," katanya.

Disebutkan, jika sedang ramai wisatawan, dirinya bisa mengajarkan sampai tiga wisatawan. "Kebanyakan mereka hanya berlatih satu kali saja, karena kebetulan tengah berwisata ke Selong Belanak," tandasnya.

Demikian pula potensi itu berkah bagi pemilik warung makanan yang juga menyewakan papan surfing itu. "Saya menyewakan juga papan surfing," kata Safar, salah seorang pemilik warung di Pantai Selong Belanak.

Dirinya membeli papan surfing itu sekitar Rp3 juta dari Bali sedangkan untuk papan surfing kelas pro harganya bisa mencapai Rp7 juta.

Papan surfing untuk pemula dan pro, memang berbeda. Papan pemula ukurannya lebih lebar dan terbuat dari bahan yang ada lapisan yang tidak licin. "Sedangkan yang pro, ukuran lebih kecil dan terbuat dari fiber," katanya.

Saat ditanya apa masalah yang dihadapi mereka? Mereka menjawab serempat yakni kurangnya promosi dari pemerintah daerah dan pemerintah provinsi untuk mengenalkan potensi wisata Pantai Selong Belanak.

Termasuk mereka mengkritik juga kondisi infrastruktur jalan yang masih memprihatinkan. "Utamanya soal promosi dan infrastruktur jalan. Jika, sudah dipenuhi secara tidak langsung akan menambah pendapatan bagi masyarakat lokal serta membuka peluang kerja," katanya.*


Baca juga: "Surfing" dikembangkan di Pantai Wafor

Baca juga: Tanjung Saruri Biak destinasi wisata selancar

Pewarta: Riza Fahriza
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019