Karawang (ANTARA News) - Sejak 9 September 2007 lalu, mahasiswi D-III Politeknik Pajajaran "Insan Cinta Bangsa" Bandung, Semester III, Achriyanie Yulvie (19), warga Perumnas Bumi Telukjambe Blok T Nomor 536 RT 06/11, Kabupaten Karawang, Jabar, tidak diketahui keberadaannya, setelah ikut pengajian "al-Qur`an Suci" di Bandung. Pihak kampus tidak bisa berbuat banyak karena hilangnya Yulvie itu di luar kegiatan kampus. "Kami sudah mencari ke mana-mana, tapi tidak menemukan Yulvie. Pihak kampus juga tidak bisa membantu karena proses hilangnya Yulvie bukan saat kegiatan kampus," kata bapak Yulvie, Ahmad Suprapto (52), kepada ANTARA, di Karawang, Jumat. Bahkan, ketika pihak keluarga menanyakan keberadaan Yulvie kepada seluruh temannya, tidak ada yang mengetahui di mana Yulvie berada. Hal tersebut disinyalir karena pengajian "al-Qur`an Suci" tidak pernah diadakan di satu tempat, namun selalu digelar di tempat yang berbeda-beda. Menurut keterangan yang dihimpun ANTARA, pengajian "al-Qur`an Suci" disinyalir aliran sesat, karena mengajarkan manusia hanya berpedoman kepada al-Qur`an, tanpa hadits. Jika seorang perempuan sedang haid, maka dia dibolehkan membaca al-Qur`an, dan masih banyak ajaran lain yang berasal dari pengajian "al-Qur`an Suci" tersebut. Kedua orang tua Yulvie, Suprapto dan Tati Sumiati (42), mengaku tidak mengetahui dan sangat tidak menyangka kalau anak kesayangannya mengikuti pengajian seperti itu. Sebab, Yulvie dikenal pintar, kuat ilmu agamanya, pendiam, penurut, dan tidak banyak menuntut. "Kami benar-benar tidak menyangka. Andaikan kami mengetahui lebih awal kalau Yulvie mengikuti pengajian seperti itu, tentu akan kami luruskan," kata Suprapto. Dikatakannya, selama sebulan terakhir sebelum Yulvie hilang misterius atau tidak mengabarkan keberadaan dirinya kepada pihak keluarga, ada kelainan dalam diri Yulvie. Gadis itu menjadi tidak betah di rumah, kulit badannya menjadi hitam, serta menyalin seluruh isi al-Qur`an ke dalam kertas polio. Namun, katanya, pihak keluarga tidak pernah menduga kalau Yulvie akan menghilang dengan mengikuti pengajian "al-Qur`an Suci" di Bandung. Akibat hal tersebut, Suprapto dan Tati mengaku sangat sedih karena merasa kehilangan anak pertamanya. Sementara adik Yulvie, Anggi Kartika (16) dan Indira Aulia (10), kata Suprapto, selalu menanyakan Yulvie yang pada awalnya sangat dekat dengan kedua adiknya itu. "Saya bingung harus bagaimana dan mencari ke mana? Saya sudah melapor ke kantor polisi di Bandung (Kiara Condong), sampai sekarang tidak ada kabar. Kepada orang pintar juga saya sudah melaporkan kejadian ini, tetap tidak ada kabar. Saya bingung. Ibunya Yulvie dan kedua adiknya juga selalu menangis kalau mengingat Yulvie," katanya. Perempuan tak dikenal Setelah telepon seluler milik Yulvie tidak bisa dihubungi pihak keluarga, Suprapto mengaku khawatir tentang nasib anaknya. Karena itu, pihak keluarga selalu mencari kabar keberadaan anaknya, dengan cara pulang pergi Karawang-Bandung, hampir dua minggu sekali. Di Kota Bandung, kata Suprapto, pihak keluarga selalu bertanya-tanya mengenai keberadaan Yulvie kapada teman-teman Yulvie dan kepada dosen anaknya. Sesuai dengan kabar dari salah seorang teman Yulvie, Serly (19), kata Suprapto, anak kesayangannya itu ikut pengajian "al-Qur`an Suci" karena diajak oleh seorang perempuan tak dikenal di sebuah masjid di Kota Bandung. "Saat diajak mengaji, Yulvie mau saja, karena sejak masih sekolah di SMK 2 Karawang, ia memang rajin mengaji," katanya. Namun, lama-kelamaan setelah mengikuti proses pengajian "al-Qur`an Suci", tingkah laku Yulvie berbeda dari biasanya, hingga kini tidak diketahui keberadaannya. Setelah ikut mengaji "al-Qur`an Suci", Yulvie terkesan tertutup kepada teman-temannya. Tempat kosnya juga berpindah-pindah dan tidak dibolehkan satu pun temannya main ke tempat kosnya. "Tindakan-tindakan aneh itulah yang mengawali Yulvie misterius dan tidak diketahui keberadaannya. Sungguh, saya benar-benar menyesal, kenapa anak saya harus seperti itu," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2007