Kinshasa, 5/10 (ANTARA/AFP) - Satu pesawat barang era-Uni Sovyet mengalami kecelakaan di satu daerah permukiman di Kinshasa, Kamis, sehingga menewaskan 23 orang di dalamnya dan 15 orang lagi di darat saat pesawat itu menghantam beberapa rumah dan meledak sehingga menimbulkan bola api. "Pesawat ini membawa 20 penumpang, serta tiga anggota awak, yang semuanya tewas," kata Kementerian Urusan Kemanusiaan dalam suatu pernyataan. Lima-belas orang tewas di darat dan 30 orang lagi cedera ketika pesawat Antonov 26 jatuh di permukiman padat penduduk Kimbaseke di pinggir timur kota Kinshasa, salah satu kota paling besar di Afrika. Pesawat tersebut "mengalami masalah saat lepas-landas" karena sebab yang tak diketahui di bandar udara internasional Kinshasa-Ndjili, yang terletak tak jauh dari lokasi kecelakaan, dan jatuh sekitar pukul 09:40 GMT (16:40 WIB) kata pejabat senior di Kementerian itu Serge Mulumba. Korban jiwa meliputi dua anak kecil berusia tujuh dan delapan tahun. Korban cedera meliputi seorang ibu dan bayinya serta sedikitnya sembilan anak kecil lagi, kata Kementerian tersebut. Seorang teknisi berhasil menyelamatkan diri dari puing pesawat tapi belakangan meninggal akibat lukanya. Beberapa saksi mata mengatakan pesawat bermesin ganda itu meledak dan terbakar segera setelah jatuh, sehingga merusak sebanyak selusin rumah. "Ada beberapa orang yang tewas di dalam rumah tersebut," kata Menteri Penerangan Toussaint Tshilombo Send. "Pesawat itu terbakar seluruhnya," kata seorang perwira senior polisi di lokasi kecelakaan. Pesawat tersebut adalah milik satu perusahaan penerbangan swasta Kongo yang dimasukkan ke dalam daftar hitam keselamatan Uni Eropa (UE) dan sedang dalam penerbangan menuju Tshikapa, 650 kilometer di sebelah timur ibukota provinsi Kongo tengah, Kasai-Occidental. Bencana itu adalah kecelakaan pesawat paling mematikan keempat sejak Juni di Republik Demokratik Kongo (DRC), yang memiliki catatan panjang kecelakaan semacam itu. Dinas penerbangan nasional, RVA, mengirim petugas pemadam guna membantu petugas pemadam kota yang kekurangan peralatan guna mengatasi kebakaran. Pekerja pertolongan dan tim Palang Merah setempat dikerahkan guna menemukan dan menolong penyintas (survivor) dan memulai tugas berat mengeluarkan mayat dari reruntuhan rumah. Pada 1996, satu pesawat berbadan besar Antonov 32 menghantam satu pasar di Kinshasa tengah, dan menewaskan lebih dari 300 orang, sementara pada Mei 2003 sebanyak 200 orang meninggal dalam kecelakaan pesawat di antara ibukota DRC dan Lubumbashi di bagian tenggara negeri tersebut. Awak Antonov telah memberitahu pihak bandar udara bahwa lima awak dan 14 penumpang berada di dalam pesawat, tapi seorang pejabat RVA mengatakan lazim untuk mengumumkan daftar penumpang yang tidak benar guna menghindari pajak. Awak pesawat itu berkebangsaan Rusia, menurut seorang pejabat kedutaan besar Rusia di Kinshasa, Alexander Turtsinovitch, yang dihubungi oleh kantor berita ITAR-TASS di Moskow, tapi ia tak mengetahui berapa jumlah mereka. Pesawat Antonov 26, pesawat angkut dengan dua baling-baling yang dirancang pada 1960-an, dibuat di Ukraine dan jenis armada tua yang telah menjadi bagian penting prasarana angkutan di DRC. Africa One dimasukkan ke dalam daftar UE mengenai perusahaan penerbangan yang dilarang di Eropa karena keprihatinan akan keselamatan. Hanya satu dari lebih 50 perusahaan penerbangan di negara Afrika tengah, perusahaan milik swasta Hewa Bora Airways, tak dimasukkan ke dalam daftar itu. Bulan lalu, satu pesawat barang Antonov 12 mengalami kecelakaan dan meledak sewaktu mendarat di bandar udara Goma. Pada Agustus, 13 orang tewas di Kongolo dalam bencana lain Antonov. Setelah satu kecelakaan pada Juni, Kementerian Perhubungan melarang terbang pesawat milik dua perusahaan penerbangan di dalam DRC sendiri. Kendati berbahaya karena pemeliharaan yang buruk, kekurangan prasarana dan usia tua kebanyakan armada, angkutan udara paling banyak dimanfaatkan oleh orang yang ingin bepergian di negeri tersebut, yang membentang dari pantai Atlantik di bagian barat Afrika hingga Danau Raya di bagian tengah benua itu. DRC baru saja muncul dari kehancuran akibat perang melawan pemberontak 1998-2003 yang menyeret militer dari lebih selusin negara lain Afrika, menyusul beberapa dasawarsa pemerintahan yang kacau, demikian AFP.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007