Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah Jumat pagi menguat tipis, menyusul aksi beli pelaku pasar yang terpicu oleh membaiknya pasar uang regional. Nilai tukar rupiah naik 12 poin menjadi Rp9.110/9.115 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.122/9.134 per dolar AS. Analis Valas PT Bank Saudara, Ruri Nova, di Jakarta, mengatakan pelaku pasar berspekulasi membeli rupiah menjelang keluarnya data upah buruh AS. Namun kenaikan rupiah tidak besar, karena sebagian besar pelaku "wait and see", menunggu muncul data upah buruh AS yang akan keluar akhir bulan ini, katanya. Rupiah, lanjut Ruri, juga akan mendapatkan sentimen positif apabila Bank Sentral AS (The Fed) juga kembali menurunkan suku bunganya untuk memicu pertumbuhan ekonomi yang cenderung melambat. "Kami optimis rupiah akan kembali menguat hingga di bawah level Rp9.100 per dolar AS," ucapnya. Ia mengatakan, rupiah sebenarnya sudah cukup stabil pada level antara Rp9.100 hingga Rp9.150 per dolar AS, setelah sempat merosot hingga di atas level Rp9.400 per dolar AS akibat kasus Subprime Mortgage. Apabila kasus gagal bayar kredit sektor perumahan AS itu kembali bergejolak, rupiah diperkirakan akan kembali merosot hingga di atas level Rp9.300 per dolar AS, ucapnya. Karena itu, menurut dia, Bank Indonesia (BI) harus terus berada di pasar menjaga pergerakan rupiah, agar tidak terjadi seperti sebelumnya akibat "panic selling" pelaku pasar. BI saat ini memiliki cadangan devisa cukup besar di atas 50 miliar dolar AS, yang diperkirakan dapat mengatasi apabila ada gejolak keuangan dari pasar luar, khususnya Amerika Serikat yang suatu saat kembali bergejolak, katanya. Ditanya mengenai dolar AS, menurut dia, dolar cenderung stabil terhadap yen yang mencapai 116,45 dan euro pada 164,60 dan euro terhadap dolar AS 1,4135. Stabilnya dolar AS terhadap yen, karena data tenaga kerja AS diperkirakan menguat, katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007