Washington (ANTARA News) - Irak membeli perlengkapan militer seharga 100 juta dolar Amerika Serikat (AS) untuk polisinya dari China, karena AS tidak dapat menyediakan senjata itu, kata Presiden Irak Jalal Talabani kepada surat kabar Washington Post edisi Kamis. "Kapasitas pabrik-pabrik di sini tidak mampu untuk menyediakan segera senjata yang kami perlukan, apalagi untuk militer. Salah satu tuntutan kami adalah mempercepat pengiriman senjata-senjata itu ke tentara Irak," kata Talabani. Pemimpin Irak itu melakukan wawancara itu dengan suratkabar AS itu Rabu ketika ia berada di Washington untuk berunding dengan Presiden George W. Bush. Menurut Talabani "hanya satu dari lima polisi Irak memiliki senjata," kata suratkabaar itu. Ia menyerukan "pengiriman senjata itu lebih dipercepat dari AS " untuk meningkatkan kemampuan tentara Irak yang belum berpengalaman . Suratkabar itu mengatakan transaksi dengan China itu menimbulkan kecemasan di kalangan pengamat militer AS karena pasukan keamanan Irak sudah tidak dapat mempertanggungjawabkan sekitar 190.000 senjata yang sudah diberikan oleh AS termasuk 110.000 senapan serbu AK-47 yang dipasok tahun 2004-2005. Para pejabat AS kuatir sejumlah senjata itu bisa jatuh ketangan pemberontak, yang diperkirakan menyusup di jajaran polisi Irak. "Masalahnyau adalah pemerintah Irak belum memiliki satu program jelas untuk diyakini bahwa senjata-senjata itu telah didistribusikan , bahwa mereka memantaunya dengan layak dan melakukan pengecekan berulangkali," kata Rachel Stoh; dari Pusat bagi Informasi Pertahanan, satu kelompok pemikir kepada suratkabar itu. Seorang pejabat pemerintah Bush mengaku masalah tersebut kepada the Post yang mengatakan "Kami bekerja keras hanya untuk memasok psukan kami sendiri." "Pabrik-pabrik kami bekerja untuk kepentingan pasukan kami sendiri. Jadi memang benar kami tidak memiliki kemampuan untuk menyediakan senapan-senapan ini dan peralatan lainnya yang mereka cari," katanya, seperti dikutip AFP. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007