Jakarta (ANTARA News) - Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil mengatakan Indonesia bisa menjadi negara yang sangat maju bila saja menerapkan kebijakan meritokrasi, yaitu memilih orang-orang memang cakap dan ahli untuk bidangnya. Berbicara sebagai penceramah dalam acara buka puasa bersama Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), di Jakarta, Kamis, Sofyan mengingatkan bahwa kebijakan yang salahlah yang membuat Indonesia terpuruk dan tertinggal dari negara-negara tetangga. Ia membandingkan Indonesia dengan negeri jiran Singapura. "Mengapa sekarang Singapura bisa demikian maju?" katanya. Menurut Sofyan, negeri tetangga itu bisa sangat maju seperti sekarang ini karena sejak awal oleh pemimpinnya yaitu Lee Kuan Yew telah ditegaskan bahwa orang dipilih berdasarkan kompetensi dan keahliannya, atau dengan sistem meritokrasi. "Sejak awal sudah ditanamkan bahwa tidak ada pemangku jabatan yang dipilih selain dengan ketentuan merit (keahlian), sehingga orang muda di Singapura pun merasa sangat perlu untuk menjadi ahli atau memiliki kompetensi khusus," katanya. Dibandingkan dengan Singapura, lanjut dia, Indonesia tidak punya patokan jelas tentang penunjukan pejabat atau pemimpin. "Siapa yang akan jadi direktur di BUMN saja orang masih tebak-tebak, itu karena sistemnya tidak jelas," ujarnya. Pria berkopiah tersebut mengaku sejak menjabat sebagai orang nomor satu di Kementerian BUMN, banyak orang yang dibantu agar jadi pejabat. "Ya saya bilang `Ya saya bantu, tapi lihat dulu keahliannya, kemampuannya.` Kalau memang dia layak dan kompeten, mengapa tidak," paparnya. Selain sistem penunjukan pejabat yang tidak jelas, Sofyan juga mengkritik sistem pendidikan saat ini tidak banyak melahirkan manusia yang inisiatif dan punya kompetensi. "Pendidikan kita yang ada sekarang tidak banyak memunculkan generasi muda yang ringan tangan, penuh rasa ingin tahu, punya inisiatif, dan kompeten," kata menteri.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007