Sarkies bersaudara ini mempunyai rumah di Surabaya yang saat ini jadi Tunjungan Plaza 5

Surabaya (ANTARA News) - Diperkirakan ada jejak peninggalan sejarah dari bangsa Armenia dan Rusia di ibu kota Jawa Timur, Surabaya, yang siap dibantu untuk ditelusuri oleh Wali Kota Tri Rismaharini.

Jejak sejarah bangsa Armenia dan Rusia diperkirakan ada pada masa sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia.

Tri Rismaharini, di Surabaya, Jawa Timur, Jumat, mengatakan penelusuran tersebut menindaklanjuti permintaan dari Duta Besar Republik Armenia untuk Indonesia Dziunik Aghajanian dan Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva pada saat berkunjung ke Ruang Kerja Wali kota Surabaya pada Kamis (7/2).

"Nanti dibantu untuk mencarikan data-datanya. Kalau memang ketemu biar nanti bisa dikirim datanya," kata Wali Kota Risma.

Risma mengetahui adanya sejarah lengkap tentang jejak Sarkies bersaudara berasal dari Armenia yang telah membangun Hotel Majapahit di Surabaya. Hotel bersejarah yang sudah berkali-kali berubah namanya itu dibangun pada tahun 1910.

"Sarkies bersaudara ini mempunyai rumah di Surabaya yang saat ini jadi Tunjungan Plaza 5," kata Risma.

Selain itu, lanjut dia, Toko NAM juga dulu milik Sarkies bersaudara. Bahkan, Sarkies bersaudara ini juga membangun sebuah hotel seberang jalan yang kini bernama Hotel Majapahit.

"Pintu masuk Toko NAM itu masih ada sampai sekarang dan dijadikan bangunan cagar budaya," kata Risma.

Mengenai jejak bangsa Rusia di Surabaya yang disampaikan Dubes Rusia itu, Risma akan mengecek informasi bahwa Monumen Kapal Selam yang dijadikan salah satu wisata di Sungai Kalimas Surabaya merupakan buatan Uni Soviet atau kini Rusia. Bahkan di kapal itu diketahui masih ada menggunakan huruf-huruf ciri khas Rusia.

Selain Monumen Kapal Selam, dulunya di Surabaya ada gedung konsulat jenderal Rusia yang berada di Jalan Sumatera, Surabaya. Namun, gedung itu sudah ditutup sejak tahun 1990 dan kabarnya hingga saat ini gedung itu masih ada.

Begitu juga mengenai tentara Rusia yang gugur di medan perang pada masa penjajahan Indonesia yang selama ini tidak tahu dimakamkan di mana di Surabaya.

Risma meminta Dinas Kebersihan dan Tata Ruang Hijau (DKRTH) Surabaya untuk mengecek data-data makam di Surabaya, terutama di makam Peneleh dan Kembang Kuning, karena kalau orang luar biasanya dikuburkan di makam itu.

Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini juga juga menanggapi positif tawaran kerja sama sister city antara Surabaya dengan St Peterburg, Rusia. Sebab, kota tersebut merupakan kota terbesar kedua seperti Surabaya dan merupakan kota pelabuhan.

Begitu juta dengan tawaran kerja sama sister city dengan salah satu kota di Armenia, Risma menanggapi positif tawaran itu.

"Selama itu dapat membawa manfaat bagi Kota Surabaya ya tidak apa-apa," katanya.

Baca juga: JK: istilah "Propaganda Rusia" ibarat "Bika Ambon"

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019