Menurut Asera, dulu masyarakat Danau Sembuluh, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah tidak pernah berpikir menyekolahkan anak mereka hingga perguruan tinggi.
Namun, tambahnya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Kamis, sekarang kondisi berubah, mereka menyekolahkan putra-putrinya ke jenjang perguruan tinggi, bahkan sampai ke Pulau Jawa.
"Banyaknya warga yang menyekolahkan anak hingga kuliah merupakan dampak sangat positif dari BBM Satu Harga. Program ini memang diidam-idamkan masyarakat sejak dulu, tidak hanya di Kalimantan Tengah tetapi juga daerah terpencil lain di Indonesia seperti Papua, Maluku Utara, Maluku dan sebagainya," katanya.
Mengenai warga Seruyan yang semakin peduli dengan pendidikan, menurut Asera, karena memang terdapat penghematan pada masyarakat akibat program BBM Satu Harga.
Menurut dia, warga tidak lagi terbebani dengan biaya BBM yang sebelumnya sangat tinggi, sehingga penghematan tersebut akhirnya bisa dialihkan ke pos pengeluaran lain, termasuk pendidikan.
Hal itu positif, lanjutnya, karena dengan demikian, para lulusan perguruan tinggi tersebut dapat bekerja di berbagai perusahaan perkebunan kelapa sawit yang memang banyak terdapat di Seruyan, dengan posisi sebagai karyawan kelas satu.
Dari sisi sosial, karena dengan semakin banyak warga yang bekerja sebagai karyawan kelas satu, maka warga akan merasa semakin dihargai.
Selama ini mereka kebanyakan hanya bekerja sebagai karyawan kelas tiga alias tenaga kasar. Dengan demikian, lanjut dia, akan semakin menciptakan hubungan yang kondusif antara perusahaan dan masyarakat sekitar.
"Jadi, BBM Satu Harga memang memiliki dampak positif ke berbagai sektor. Tidak hanya ekonomi, kesehatan, dan pendidikan, tetapi juga sosial," kata dia.
Tokoh masyarakat Desa Telaga Pulang Kecamatan Danau Sembuluh, Rusmanto membenarkan bahwa BBM Satu Harga berpengaruh besar terhadap berbagai sektor, termasuk pendidikan.
Jika sebelumnya paling tinggi warga hanya menyekolahkan anak mereka pada bangku SMA, sekarang sudah banyak yang ke perguruan tinggi.
"Di desa ini hanya ada dua SMA, yaitu SMA Tirta Bakti dan SMA Tunas Harapan. Dulu setelah lulus SMA, ya selesai. Tetapi sekarang banyak sekali yang kuliah, bahkan sampai ke Banjarmasin dan Jawa," kata Rusmanto.
Banyaknya warga yang melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, tambahnya, karena beban warga jauh berkurang. Jika sebelumnya membeli BBM dengan harga Rp12 ribu, misalnya, sekarang sudah sama dengan harga di Pulau Jawa.
Hal itu, menurut Rusmanto, memang tak lepas dari keinginan warga agar anaknya bisa bekerja di berbagai perusahaan kelapa sawit di sekitar Danau Sembuluh, dengan posisi lebih baik.
"Warga sini sebenarnya sudah banyak yang bekerja di perusahaan. Tetapi kalau ingin langsung sebagai staf memang harus S-1. Makanya, jurusan yang dipilih kebanyakan adalah Pertanian atau Komputer," kata Rusmanto.
Baca juga: Program BBM Satu Harga tingkatkan kesejahteraan masyarakat
Baca juga: BBM Satu Harga lancarkan transportasi Papua dan Papua Barat
Pewarta: Subagyo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019