Jakarta, (ANTARA News) - Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nawir Messi menyebut pertumbuhan ekonomi di kisaran 6 persen hingga 7 persen terlalu jauh digapai Indonesia menyusul capaian dalam beberapa tahun terakhir.
"Berdasarkan pola pertumbuhan ekonomi yang ada, Indonesia mengalami pola pertumbuhan ekonomi yang moderat, bahkan yang diumumkan BPS (Badan Pusat Statistik) tidak memberi kecenderungan naik. Jadi kalau untuk ke 6-7 persen rasanya terlalu jauh," tuturnya di Jakarta, Kamis.
BPS sendiri mencatat pertumbuhan ekonomi sejak 2015 hingga 2018 berturut-turut adalah 4,88 persen, 5,03 persen, 5,07 persen, dan 5,17 persen.
Padahal, menurut Nawir, Indonesia butuh tumbuh sekitar 7,3 persen per tahun untuk bisa naik kelas menjadi negara berpendapatan tinggi dan tidak terjebak dalam "middle income trap".
"Motor-motor pertumbuhan untuk terbebas dari 'middle income trap' itu ya di aspek investasi," katanya.
Lebih lanjut, mantan Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) itu menjelaskan dengan hitungan pertumbuhan di atas 7 persen yang ingin dicapai, maka dibutuhkan tambahan investasti sebesar Rp1,481 triliun atau tumbuh 43,03 persen dibanding 2018.
"Ini bukan pekerjaan ringan. Ini tantangan besar saat kita harap ertumbuhan ekonomi bisa 7 persen tapi investasi justru turun," katanya.
Baca juga: Presiden: Pertumbuhan 5,17 inflasi 3,13 persen patut disyukuri
Baca juga: Erani: ekonomi tumbuh di atas lima persen merupakan prestasi
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019