Akibat dari hal ini, volume trafik di jalan tol Trans Jawa, masih tampak sepi, lengang. Bak bukan jalan tol saja, terutama selepas ruas Pejagan.
Jakarta (ANTARA News) - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyoroti tarif tol Trans Jawa masih mahal, baik untuk kendaraan pribadi maupun angkutan barang atau truk
"Akibat dari hal ini, volume trafik di jalan tol Trans Jawa, masih tampak sepi, lengang. Bak bukan jalan tol saja, terutama selepas ruas Pejagan," kata Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Untuk itu, usulan agar tarif tol Trans Jawa dievaluasi/diturunkan, menjadi hal yang rasional. "Masih sepinya jalan tol Trans Jawa, jelas dipicu oleh tarif tol yang mahal itu," katanya.
Kedua, Tulus menilai Tol Trans Jawa juga terancam tidak akan menjadi instrumen untuk menurunkan biaya logistik, dikarenakan mayoritas angkutan truk tidak mau masuk ke dalam jalan tol.
"Menurut keterangan Ketua Aptrindo, Gemilang Tarigan, yang tergabung dalam tim Susur ini, menyatakan bahwa sopir tidak dibekali biaya untuk masuk tol. Kecuali untuk tol Cikampek. Truk akan masuk tol Trans Jawa, jika biaya tol ditanggung oleh penerima barang. Terlalu mahal bagi pengusaha truk untuk menanggung tarif tol Trans Jawa yang mencapai Rp 1,5 juta," katanya.
Sementara itu, lanjutnya, harga makanan dan minuman di tempat peristirahatan (rest area) juga dirasa masih mahal. Karena itu, pengelola tol diminta untuk menurunkan biaya sewa lahan bagi para tenan, sebab patut diduga, mahalnya makanan/minuman karena dipicu oleh mahalnya sewa lahan bagi para tenan.
Selain itu, Tulus menambahkan, para tenan diminta mencantumkan daftar harga terhadap makanan/minuman, dan barang lain yang dijualnya.
Tulus menuturkan di sepanjang jalan tol, belum terpasang rambu-rambu yang memberikan peringatan terhadap aspek keselamatan, seperti peringatan untuk hati-hati, waspada, jangan ngantuk, marka getar dan lainnya terutama di titik titik kritis.
"Ini sangat penting agar pengguna jalan tol tidak terlena karena jalan tol Trans Jawa yang lurus, dan jarak jauh," katanya.
Tulus menilai managemen lalu lintas di tempat peristirahatan favorit harus diperkuat karena sumber kemacetan baru justru potensi terjadi di rest area tersebut, khususnya di ruas Cikampek. Apalagi setelah Jasa Marga akan menggeser gate Cikarang Utama (Cikarut), ke titik km 70, di ujung tol Cikampek.
Di sisi lain, pergeseran loket pembayaran untuk melakukan rekayasa lalu lintas, sebab sudah tiga tahun terakhir ini mayoritas pengguna tol Cikampek adalah para commuter dari Bekasi, Cikarang dan sekitarnya yang jumlahnya mencapai 60 persen.
Lebih lanjut, kata Tulus, titik-titik kritis terhadap tangki bahan bakar adalah di ruas tol Palikanci, karena itu konsumen diimbau untuk mengisi BBM kendarannya di tempat peristirahatan 207, karena setelah itu keberadaan SPBU masih jauh. Jangan sampai kendaraan konsumen kehabisan BBM, apalagi nanti saat arus mudik Lebaran.
Dia menambahkan eksistensi tol Trans Jawa akan banyak membangkitkan volume trafik ke kota-kota di Jawa Tengahseperti Tegal, Pekalongan, Semarang, dan lainnya.
Hal ini terbukti, saat liburan saat ini justru arus trafik lebih banyak ke arah Timur/Jawa Tengah, sekitar 40 persen. "Arus trafik ke arah Bandung justru turun. Fenomena ini harus direspon oleh Pemda masing-masing untuk me-review manajemen trafik dan memperbaiki destinasi wisata setempat," katanya.
Hal itu dilakukan agar pengelola tol Trans Jawa memperbanyak kapasitas toilet untuk perempuan, untuk menghindari antrian panjang, apalagi saat ramai (peak season) dan menyediakan portable toilet/mobile toilet.
Ruas tol Trans Jawa diperkirakan akan menjadi salah satu hal yang berpotensi dibahas di debat capres kedua yang beragam topik bahasannya juga mencakup infrastruktur. Debat kedua rencananya bakal diselenggarakan di Jakarta, tanggal 17 Februari 2019 mendatang.
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019