Brisbane (ANTARA News) - Survei terbaru Pusat Studi-Studi Amerika Serikat (USSC) Universitas Sydney yang dipublikasi, Rabu, mendapati 76 persen responden melihat pemanasan global sebagai masalah yang lebih serius daripada apa yang disebut fundamentalisme Islam. Terhadap isu pemanasan global itu, sebanyak 69 persen dari 1.213 orang warga Australia yang ikut dalam survei tersebut menginginkan AS dan negaranya menentukan target pengurangan emisi. Seterusnya, lebih dari dua pertiga orang responden survei yang dilakukan para peneliti Universitas Sydney pada Juli 2007 itu melihat Presiden AS, George W.Bush, sebagai masalah citra yang serius akibat kebijakan-kebijakan luar negerinya. Namun, lebih dari separuhnya yang diwawancarai tetap memandang AS sebagai negara yang disukai. Hasil survei itu mengindikasikan pandangan warga Australia pada isu-isu pertahanan, luar negeri, ekonomi dan perdagangan, termasuk AS sebagai mitra pertahanan, citra AS dan Presiden Bush, perang Irak dan Afghanistan, perubahan iklim, perdagangan dan investasi AS, serta praktik bisnis AS dan ketenagakerjaan. Terhadap beberapa isu ini, para responden survei yang antara lain melibatkan Prof.Murray Goot itu juga dimintai pandangannya tentang negara-negara seperti Inggris, Jepang, China, Indonesia, dan Korea Utara. Hasil survei itu mendapati sebanyak 92 persen responden mengharapkan AS tetap menjadi mitra pertahanan utama Australia, dan 79 persen responden menganggap aliansi kedua negara "sangat penting" guna melindungi Australia. Sebanyak 74 persen responden juga mengungkapkan keyakinannya bahwa AS akan membantu Australia jika negara lain menyerangnya. Pejabat Ketua USSC Universitas Sydney, Prof.Alan Dupont, mengatakan, temuan survei ini menunjukkan pandangan warga Australia tentang AS yang jauh lebih kompleks dan bernuansa dibandingkan hasil-hasil jajak pendapat sebelumnya akibat metode riset dan kedalaman pertanyaan yang diajukan. "Orang-orang Australia jelas dapat membedakan antara kebijakan luar negeri AS dari pemerintahan tertentu dan nilai strategis aliansi AS yang masih mendapat dukungan besar kendati meluasnya penolakan terhadap konflik Irak," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007