Yangon (ANTARA News) - Penguasa Myanmar hari Rabu membebaskan satu wartawan bekerja untuk suratkabar Jepang, yang ditangkap pekan lalu dalam penumpasan unjukrasa menentang pemerintah, kata Kelompok Wartawan Asing. Min Zaw, wartawan Myanmar berusia 56 tahun bekerja untuk "Tokyo Shimbun", dibebaskan sesudah mendekam lima hari di tahanan, kata petugas di kelompok tersebut. Keluarganya memastikan bahwa Min Zaw dibebaskan, tapi menambahkan bahwa ia langsung dibawa ke rumahsakit untuk pengobatan luka ringan di kakinya. Dokter juga memeriksa sakit gulanya, tambah keluarganya. Min Zaw ditangkap dalam penggerebekan malam atas rumahnya, hanya beberapa jam sesudah satu wartawan Jepang ditembak tewas dari dekat dalam penumpasan oleh pasukan keamanan atas unjukrasa pendukung demokrasi. Yang berwewenang tidak pernah memberi alasan atas penangkapannya. Enam pejabat datang ke rumah Min Zaw pada jam awal Jumat dan menciduknya untuk diperiksa, tapi rincian penahanannya tak jelas, kata "Tokyo Shimbun" dalam pernyataannya, yang dikeluarkan sesaat sesudah pembebasannya. Ia meliputi unjukrasa itu bersama penulis suratkabar Bangkok, yang berkebangsaan Jepang dan diusir ke Thailand pada 26 September, kata koran tersebut. "Kami lega bahwa karyawan kami dibebaskan," kata Kazunobu Mizuno, kepala biro redaksi "Tokyo Shimbun" dalam pernyataannya. Arus keterangan masuk dan keluar Myanmar dibekukan sejak Jumat, saat hubungan utama Internet negara itu lumpuh dan beberapa koran, yang sudah dicengkeram penguasa, menghentikan penerbitan. Sedikit-dikitnya, 13 orang tewas dan 1.000 lagi ditahan dalam empat hari penumpasan oleh tentara, yang dikecam antarbangsa. Wakil Menteri Luar Negeri Jepang Mitoji Yabunaka hari Senin meminta pemerintah Myanmar mengembalikan kamera video wartawan Jepang, yang tewas di Myanmar, kata Kementerian Luar Negeri Jepang hari Selasa. Kenji Nagai diyakini menggunakan kamera video untuk meliput bentrok antara pasukan keamanan dengan pengunjukrasa pendukung demokrasi di Yangon. Yabunaka dalam pertemuannya dengan beberapa pejabat tinggi negara itu di ibukota Naypyitaw juga menyeru Myanmar mengizinkannya bertemu dengan pemimpin pendukung demokrasi Aung San Suu Kyi, yang berada dalam tahanan rumah di Yangon. Saat menanggapi imbauan Yabunaka, yang menyatakan sangat menyesalkan keterbunuhan Nagai, pejabat Myanmar menyatakan tersebut kecelakaan, yang bisa terjadi saat kekacauan, kata kementerian itu. Nagai diyakini ditembak pasukan keamanan. Tayangan mengenai kematiannya memperlihatkan seorang prajurit menembak dia dari jarak dekat saat pasukan keamanan membersihkan pusat kota Yangon dari pengunjukrasa. Di Tokyo, 20 warganegara Myanmar, yang tinggal di Jepang, melakukan mogok makan guna menuntut pengahiran penindasan tersebut. Mengenai pengembalian kamera, pejabat tinggi menyatakan akan mengirimkan permohonan kepada penguasa bersangkutan. Yabunaka mengimbau mereka berembuk dengan kelompok pendukung demokrasi dan membebaskan tahanan, termasuk seorang Myanmar pekerja staf pada sebuah suratkabar Jepang. Selama empat hari, penguasa melakukan tindakan keras dengan menggunakan tongkat dan bom gas airmata terhadap para biksu, pengunjukrasa dan penduduk, yang menggelar gerakan besar dalam beberapa hari berturut-turut sampai menjelang ahir pekan lalu. Kendati keadaan sudah tenang, tentara dan polisi masih berada di banyak pojok jalan dan tempat penting, membuat mustahil bagi kerumunan pengunjukrasa berkumpul, kata saksi. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007