Merak, Banten (ANTARA News) - Pembangunan jembatan selat sunda (JSS) sedikitnya akan mempergunakan 50 persen bahan baku yang diproduksi dalam negeri khususnya baja tulang dan semen (untuk pembuatan beton). "Pasti bahan baku lokal banyak dibutuhkan karena mutunya juga sudah bagus," kata Prof. Wiratman Wangsadinata, pelaksana pra-studi kelayakan pembagunan JSS di Merak, Rabu. Sedangkan, bahan material yang akan diimpor itu terutama baja untuk jembatan gantungnya. "Baja tersebut bisa saja diimpor dari Cina, Jepang atau Korea Selatan," ungkapnya. Dijelaskannya, pembangunan JSS itu juga akan mempergunakan teknologi tinggi yang akan dikerjakan oleh tenaga ahli dari dalam maupun luar negeri. "Rencananya selain dikerjakan oleh tenaga ahli terbaik di Indonesia, juga ada beberapa dari luar negeri. Tapi kita (ahli dari Indonesia) yang pegang kendalinya," kata Wiratman.Sementara itu, mengenai kekuatan jembatan selat sunda ini, memang akan dirancang tahan gempa dan tsunami, katanya. Pada saat ini, kata dia, teknologi jembatan gantung sudah mencapai taraf tinggi yang mampu menahan gempa. "JSS akan dirancang untuk bisa menahan gempa skuat yang pernah terjadi sampai 9 SR atau bahkan lebih dari itu," katanya dengan dengan menambahkan ekosistem di wilayah yang akan dilalui jembatan ini harus dijaga. Sedangkan, untuk tsunami bisa dihindari karena ketinggian jembatan mencapai 70 meter dan tsunami belum pernah setinggi itu. Pra-studi kelayakan pembangunan JSS diperkirakan akan rampung pada akhir 2009, tapi awal tahun 2009 tahap studi kelayakan sudah bisa dimulai.Diperkirakan akan selesai selama tiga tahun. Selanjutnya, pembangunan JSS ini paling cepat sekitar sembilan tahun dan jika diperhitungkan paling cepat 2025 sudah bisa dioperasikan. Proyek JSS sepanjang 29 km ini diperkirakan menelan 10 miliar dolar Amerika Serikat (AS) yang pendanaannya saat ini masih didukung penuh oleh AG Network. namun kedepan bisa saja didanai oleh pihak lain. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007