Jakarta (ANTARA News) - Menteri Negara BUMN, Sofyan Djalil, mengatakan pihaknya tidak akan melakukan merger BTN dengan bank BUMN lainnya, seperti BNI atau BRI. "BTN bukan untuk dimerger tetapi kita sedang membicarakan tentang bagaimana menyelesaikan masalah mismatch di BTN antara dana jangka pendek dengan pembiayaan jangka panjang," kata Meneg BUMN, Sofyan Djalil, di Jakarta, Rabu. Pihaknya sampai sejauh ini tidak pernah memilih atau menunjuk lembaga keuangan atau bank tertentu untuk menyelesaikan masalah tersebut. Menurut dia, rencana akuisisi BTN oleh BNI atau BRI hanyalah baru sebatas salah satu wacana untuk mengatasi mismatch. "Itu kan baru wacana artinya adalah untuk mengatasi mismatch harus ada pemegang saham yang mau terus menambah modalnya," katanya. Wacana lain untuk menyelesaikan masalah BTN itu adalah merancang BTN seperti halnya Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) yang eksis beberapa waktu lalu dan untuk itu pihaknya masih mengkaji lebih lanjut. "Kajian masih di tingkat internal kita. Saya masih mendengarkan presentasi tentang bagaimana mengatasi masalah mismatch, tetapi BTN tetap BTN, artinya bank perumahan tingkat/kelas bawah," katanya. Ia mengatakan bila pemegang saham BTN tetap pemerintah seperti saat ini, artinya setiap ekspansi kredit pemerintah harus menambah modal agar sesuai dengan CAR-nya. "Pemerintah kan tidak bisa terus menambah modal. Oleh sebab itu kita harus ada lembaga keuangan seperti bank yang bisa terus menyuntikkan modal," katanya. Ia mencontohkan institusi perbankan seperti BRI yang kini semakin besar modalnya diharapkan dapat menginjeksi modal ke BTN untuk pengembangan ke depan. "Tapi Bank Mandiri atau yang lain bisa saja. Oleh karena kita akan lihat siapa yang bisa menyelesaikan masalah mismatch di BTN, kalau dibiarkan seperti sekarang bisa-bisa BTN akan tergerus marketnya," kata Sofyan Djalil. (*)
Copyright © ANTARA 2007