Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah Rabu pagi melemah, setelah para pelaku pasar melakukan aksi profit-taking (ambil untung). Nilai tukar rupiah turun menjadi Rp9.107/9.110 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.072/9.105 per dolar AS atau melemah 35 poin. Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, mengatakan pelaku pasar berspekulasi melepas rupiah untuk mencari untung menjelang pertemuan Bank Sentral AS (The Fed) yang akan membahas tingkat suku bunganya. The Fed diperkirakan kembali akan menurunkan suku bunganya untuk mengantisipasi pertumbuhan ekonominya yang melambat, meski dalam hal ini The Fed mengesampingkan laju inflasi yang cenderung meningkat, katanya. Karena itu, menurut dia, aksi lepas rupiah hanya sementara untuk mengantisipasi rencana The Fed yang akan kembali menurunkan suku bunganya yang sebelumnya telah menurunkan 50 basis poin menjadi 4,75 persen. "Kami optimis ini merupakan taktik pelaku pasar melepas rupiah, kemudian memburunya kembali setelah The Fed jadi menurunkan suku bunganya," katanya. Edwin Sinaga mengatakan, penurunan rupiah itu juga karena pasar uang regional cenderung melemah menjelang keluarnya data ekonomi AS pada akhir pekan ini. Selain itu, para pelaku juga agak khawatir dengan kasus gagal bayar kredit sektor perumahan AS yang dilaporkan sewaktu-waktu akan kembali bergejolak, katanya. Menurut dia, peluang rupiah untuk kembali menguat cukup besar yang diperkirakan akan bisa mencapai level Rp9.000 per dolar AS. Rupiah pada level tersebut kemungkinan akan kembali terkoreksi, karena para pelaku membutuhkan dolar AS untuk bepergian atau BUMN membayar hutang yang sudah jatuh tempo, katanya. Sementara itu, dolar AS terhadap yen stabil pada 115,70 dan euro juga bertahan pada 163,70 yen, dolar Australia naik 0,2 persen menjadi 0,9950. Stabilnya dolar AS terhadap yen dan euro, karena pelaku pasar menunggu keluarnya data ekonomi AS pada akhir pekan ini, katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2007