Ternate (ANTARA News) - Abrasi laut yang terus menggerogoti pantai Pulau Ternate, Maluku Utara (Malut) kini semakin mengkhawatirkan, sehingga pemerintah setempat harus segera mengatasinya guna mencegah dampak buruk dari abrasi itu.
"Saya melihat abrasi di Pulau Ternate semakin mengkhawatirkan, Di Pulau Ternate ini, abrasi itu telah mengancam pemukiman warga di sejumlah lokasi," kata seorang aktivis lingkungan di Malut, Djafar, di Ternate, Rabu.
Di sekitar wilayah Jambula, Ternate Selatan misalnya, hempasan ombak telah sampai di belakang rumah warga, padahal dulunya ketika di wilayah itu belum terjadi abrasi, jarak antara bibir pantai dengan rumah warga mencapai lebih dari 100 meter.
Menurut Djafar, salah satu upaya efektif untuk mencegah dampak abrasi di Pulau Ternate itu adalah dengan menanam bakau di sepanjang garis pantai. Cara alamiah ini jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan membangun talud pengaman di sepanjang pantai pulau Ternate.
Penggunaan tanaman bakau sebagai pencegah abrasi juga akan memberi manfaat lain, seperti menambah populasi ikan, udang dan kepiting di perairan sekitarnya, karena hutan bakau menjadi tempat berkembang biaknya jenis biota laut tersebut.
Ia mengatakan, pengambilan pasir di sepanjang pantai Pulau Ternate, juga harus dihentikan, karena kegiatan itu ikut memberi kontribusi pada penyusutan daratan Pulau Ternate. Selama ini setiap bulan ada ribuan m3 pasir yang dingkut dari pantai pulau Ternate.
Kalaupun pemerintah setempat tidak mau menghentikan kegiatan pengambilan pasir itu, misalnya karena menjadi sumber mata pencaharian masyarakat, itu boleh saja, tetapi pemerintah setempat harus menatanya agar kegiatan itu, tidak sampai merusak lingkungan pantai.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Ternate, Malik Ibrahim mengakui abrasi yang terus menghantam pantai Pulau Ternate, kini semakin mengkhawatirkan, terutama di beberapa lokasi, seperti di pantai Jambula, Dufadufa, Tafure, Tabam dan Takome.
Pemkot Ternate selama ini telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi dampak dari abrasi itu, di antaranya membangun talud di pinggir pantai, tetapi upaya itu kurang efektif, karena talud yang dibangun tersebut banyak yang hancur dihantam ombak.
"Pemkot juga tengah mengupayakan solusi lain untuk mengatasi dampak abrasi itu, di antaranya dengan membuat pemecah ombak sekitar 50 meter dari tepi pantai. Pemkot sudah memngusulkan dana ke pusat untuk pembuatan pemecah ombak itu," katanya.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007