Beijing (ANTARA News) - Presiden China Xi Jinping menyerukan untuk kembalinya "persatuan dan kerukunan", pada Kamis saat menyambut kedatangan Amir Qatar, negara yang kaya gas dan minyak, di tengah persengketaan di antara negara-negara Arab yang dipimpin Arab Saudi yang memutuskan hubungan dengan Doha.
China yang berada di luar sengketa tersebut, dan menyerukan agar persoalan itu diselesaikan melalui perundingan, menjadi tuan rumah bagi para petinggi Qatar sejak sengketa bermula, termasuk menteri luar negeri pada Desember.
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir memutuhkan hubungan diplomatik dengan Qatar pada Juni 2017. Negara-negara tersebut menuduh Qatar mendukung terorisme dan membina hubungan dengan musuh Arab Saudi, Iran, demikian Reuters melaporkan.
Qatar menampik tudingan tersebut dan mengatakan bahwa pemboikotan bisa mengurangi kedaulatannya. Percekcokan itu telah menentang upaya mediasi Kuwait dan Amerika Serikat, dengan memandang kesatuan Teluk Arab penting juga untuk menampung Iran.
Baca juga: China Perkuat Kerjasama Energi dengan Qatar
Belum terlihat isyarat bahwa persoalan ini akan segera selesai. Qatar telah meningkatkan hubungan dengan para pendukungnya termasuk Turki, dengan perdagangan yang kedua negara diharapkan meningkat lebih dari separo pada 2018.
Dalam pertemuan di Aula Besar Rakyat di Beijing, Presiden Xi Jinping mengatakan kepada Seikh Tamim bin Hamad Al Thani bahwa kerja sama regional sangat penting sebagai landasan kemakmuran di wilayah Teluk Arab., menurut laporan televisi China.
Xi dan dukungan China untuk upaya Dewan Kerjasama Teluk, yang meliputi pula Arab Saudi dan Qatar, untuk mencari "jalan keluar yang tepat atas sengketa dan pertentangan melalui politik dan diplomasi yang baik, guna mengembalikan kesatuan dan harmonisasi di antara Teluk dan negara-negara Arab".
"China berkehendak untuk melanjutkan peran yang berguna untuk keinginan Dewan Kerjasama Negara-negara," Xi menambahkan, dalam laporan yang tidak menyinggung secara langsung keretakan Teluk Arab.
Biasanya China berperan kecil di dalam konflik dan diplomasi Timur Tengah, kendati bergantung pada kawasan itu untuk minyak, kini terlihat berusaha meningkatkan penampilannya, khususnya di dunia Arab.
Raja Arab Saudi, Raja Salman mengunjungi Beijing pada 2017.
Baca juga: China - Arab Saudi adakan latihan anti-teror pertama
Teman lama
Dalam pidato di depan wartawan, Xi menyebut Seikh Tamim sebagai "teman lama," dan mengaku bahagia atas pertemanan mereka.
"Kami siap untuk membuka investasi yang lebih besar di China, di bidang infrastuktur atau bidang yang lain yang kami pandang penting," katanya.
"Kami senang bisa memasok gas cair untuk China dan siap untuk mengirim lebih banyak dalam waktu dekat. Saya senang bisa berada di China."
Oktober lalu lembaga energi terbesar Qatar Petroleum mengatakan menandatangani kesepakatan lima tahun untuk memasok 600.000 ton gas cair ke China per tahun.
Kantor Berita Qatar mengatakan Sheik Tamim dan Xi menandatangani note kesepahaman untuk pelatihan diplomatik, delegasi perdagangan masa depan dan pembuatan peta jalan agar Qatar dapat terlibat pada iniisiatif Sabuk dan Jalan China, yaitu perpanjangan infrastruktur dan saluran perdagangan di seluruh dunia.
Redaktur: Maria Dian A
Pewarta: Antara
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019