Pontianak (ANTARA News) - Heronimus Yansin, 30, asal Dusun Tebelian Mangka, Desa Tintin Boyok, Kecamatan Sekadau Hulu, Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat, dibawa ke Rumah Sakit Layanan Khusus Pontianak, Rabu dinihari, setelah sekitar 15 tahun dipasung oleh keluarganya karena gangguan kejiwaan.
Yohannes Polo, 62, ayah Heronimus saat ditemui di Rumah Sakit Layanan Khusus Pontianak mengatakan tindakan tersebut dilakukan karena khawatir anaknya itu akan melarikan diri serta merugikan masyarakat di tempat tinggal mereka.
"Terpaksa ia kami ikat kakinya menggunakan kayu (dipasung-red) supaya tidak kabur dari rumah," kata Yohannes, petani dusun yang sederhana.
Ia menambahkan, Heronimus amat senang dengan bayi atau anak kecil. Namun terkadang saat menggendong, ia seperti akan melempar bayi atau anak kecil itu setinggi-tingginya ke angkasa.
Heronimus sendiri tubuhnya terlihat kurus, tak sebanding dengan tinggi badannya. Kakinya sedikit mengecil terutama dibagian sekitar pergelangan yang selama ini dipasung.
Yohannes mengaku, tindakannya itu salah dari sudut pemerintah. Namun, lanjutnya, ia tidak mempunyai pilihan lain. Baginya, dipasung lebih baik daripada anak kedua dari enam bersaudara itu kabur dan membuat tindakan yang membahayakan diri maupun masyarakat.
Yohannes mengatakan, Heronimus sebetulnya termasuk anak yang pintar saat sekolah. "Sewaktu SMP, ia pernah mendapat rangking dua," kata Yohannes. Ada nada bangga dari intonasi suaranya.
Heronimus sempat bersekolah di SMP Negeri Sekadau. Setelah lulus, ia melanjutkan pendidikan ke SMEA Amaliyah di Desa Sungai Ringin, Kecamatan Sekadau Hilir.
Di saat bersamaan, kakak tertua Heronimus juga menempuh pendidikan SMA. Yohannes menyarankan agar Heronimus berhenti sementara dari SMEA tersebut dengan pertimbangan biaya.
"Maksudnya, setelah kakaknya lulus ia melanjutkan lagi pendidikannya di SMEA. Bapak tidak mampu kalau harus menyekolahkan mereka sekaligus," katanya.
Pendapatannya yang minim sebagai petani ladang membuat salah satu dari kedua anaknya itu harus mengalah. Namun, keinginan itu sulit diterima Heronimus.
Menurut Yohannes, sejak itulah Heronimus mulai menunjukkan kelainan kejiwaan. Untuk mengisi kekosongan waktu, selama enam bulan Heronimus sempat pergi ke Jawa menemui pamannya sembari bekerja.
Setelah pulang ke kampung, jiwa Heronimus yang labil semakin menjadi-jadi. Beragam barang pecah belah dihancurkan, mengamuk tak tentu pasal, membuat Yohannes semakin mengkhawatirkan kondisi Heronimus.
Yohannes akhirnya membawa Heronimus ke Rumah Sakit Layanan Khusus Pontianak (dulu Rumah Sakit Jiwa-red) untuk berobat.
Meski menjual beragam bahan bangunan yang rencananya untuk memperbaiki rumah mereka, namun Yohannes tidak mampu berlama-lama mengobati Heronimus.
Sekitar tiga bulan, Heronimus akhirnya dibawa kembali ke dusunnya yang berjarak sekitar 330 kilometer sebelah timur Kota Pontianak. Sejak itulah ia dipasung.
Anggota DPRD Kalbar, Katharina Lies, yang ikut membawa Heronimus ke Pontianak mengatakan, diperlukan terapi intensif untuk memulihkan kondisi kejiwaan Heronimus.
"Kalau dibiarkan dirawat kedua orangtuanya yang tidak mampu, sulit untuk mengembalikan kejiwaan Heronimus yang terganggu," kata anggota Komisi D Bidang Kesejahteraan Rakyat DPRD Kalbar itu.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007