Kami berharap, memperkirakan, jika kami tumbuh saja secara organik dari laba ditahan, dan kemungkinan di 2021, (masuk BUKU IV) tercapai
Jakarta (ANTARA News) - Entitas baru setelah penggabungan, PT. Bank BTPN Tbk mengincar pertumbuhan modal pada 2021 menjadi sedikitnya Rp30 triliun, agar bank dapat berekspansi sebagai Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) IV seperti lima bank raksasa lainnya di Indonesia.
Direktur Utama BTPN Ongki Wanadjati Dana di Jakarta, Jumat, mengatakan perusahaan yakin akan menumbuhkan kinerja secara signifikan di segmen ritel dan sasaran baru, segmen korporasi, agar laba yang ditahan dapat menambah modal secara signifikan. Dengan kata lain, BTPN mayakini dapat naik kelas ke BUKU IV dengan hanya bertumbuh secara organik,
"Kami berharap, memperkirakan, jika kami tumbuh saja secara organik dari laba ditahan, dan kemungkinan di 2021, (masuk BUKU IV) tercapai," kata Ongki.
Modal BTPN saat ini, setelah penggabungan dengan PT. Sumitomo Mitsui Banking Corporation Indonesia (SMBCI), mencapai Rp25 triliun. Untuk mencapai bank BUKU IV atau kelompok bank modal terbesar di Indonesia, BTPN tinggal membutuhkan modal Rp5 triliun saja.
Jika BTPN berhasil menyamakan posisi dengan lima bank BUKU IV, perusahaan akan memilki keleluasaan untuk ekspansi bisnis di domestik, sekaligus mempermudah penetrasi ke pasar regional Asia Tenggara. Namun, dalam waktu dekat ini, BTPN masih ingin mengoptimalkan bisnis perbankan di ritel dan korporasi setelah merger.
"Rencana kita adalah bagaimana kita ingin masuk dulu ke usaha kecil dan menengah dan kredit komersial, melayani segmen yang belum tersentuh. Setelah itu tercapai, kita ingin berperan di ASEAN, dan menjadi Qualified ASEAN Bank. Tapi kami belum berencana untuk membuka cabang di regional," ujar dia.
Saat ini, lima bank di Indoensia yang sudah menjadi BUKU IV adalah, PT. Bank Mandiri Persero Tbk, PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk, PT. Bank Central Asia Tbk, PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk, dan PT. CIMB Niaga Tbk.
Adapun untuk target pertumbuhan laba tahun ini, Ongki masih enggan menyebutkan target tersebut. Sedangkan untuk target pertumbuhan kredit tahun ini, dia hanya mengatakan mengikuti perkiraan pertumbuhan kredit industri perbankan pada 2019. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkirakan pertumbuhan kredit tahun ini sekitar 12-14 persen.
"Kami in line dengan industri," ujar dia.
Baca juga: Proses merger BPTN-SMBCI dimulai
Pada Jumat ini, PT Bank BTPN Tbk (Bank BTPN) resmi beroperasi sebagai bank baru setelah "dikawinkan" dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI). BTPN sebelum merger merupakan bank yang fokus pada penyaluran kredit kepada mass market (ritel), sedangkan SMBCI fokus pada segmen korporasi.
Penggabungan ini, kata Ongki, akan membuat BTPN bergerak di kedua segmen dengan komposisi penyaluran pinjaman kepada segmen korporasi sebesar 50 persen dan kepada segmen ritel dan UKM sebesar 50 persen. Selain itu, Ongki mengatakan, BTPN juga masih fokus pada bisnis pendanaan dan perbankan digital melalui produk mereka yaitu BTPN Wow! dan Jenius.
Kini, BTPN memiliki Rp189,92 triliun dan memasuki klasmen 10 bank terbesar di Indonesia. Adapun setelah aksi korporasi ini, Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC)
Usai aksi korporasi ini, kepemilikan saham SMBC di BTPN menjadi 97 persen. Sedangkan PT. Bank Central Asia Tbk sebesar 1,03 persen, dan sisanya dimiliki publik.
Baca juga: BTPN jamin tidak ada PHK setelah merger dengan Bank Jepang
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019