Magetan (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo meminta agar produk para ibu peserta program Mekaar memiliki merek saat dijual ke masyarakat.

"Ini kalau dilihat kemasannya bagus, sehat, kelihatan tidak kotor, tapi ada yang kurang? Mereknya 'nggeh'? Nama itu penting, didesain yang bagus kemudian diberi nama bawang goreng Bu Andre, terus ada gambarnya di sini tersenyum, ini penting seperti itu, setiap produk harus diberi nama yang bagus setuju?" kata Presiden Joko Widodo sambil mengangkat sebungkus bawang goreng di lapangan Desa Cepoko, Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur pada Jumat.

Presiden Joko Widodo menyampaikan hal tersebut saat bertemu dengan para ibu nasabah program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) yang diluncurkan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) dengan berfokus pada pemberdayaan ibu-ibu rumah tangga prasejahtera produktif untuk merintis maupun mengembangkan usaha.

Hadir dalam kunjungan tersebut Ibu Negara Iriana Joko Widodo didampingi Menteri BUMN Rini Soemarno dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan sejumlah pejabat lainnya.

"Bu Andre punya produk seperti ini, saya melihat brambang (bawang) goreng, produknya bagus, saya belom coba tapi oh barang ini bagus. Tapi barang bagus belum cukup, tapi harganya berapa? harga Rp6000, orang bandingkan ada yang harganya Rp8000, oh ya pilih yang Rp6000 jadi dalam menentukan harga juga harus hati-hati," tambah Presiden.

Presiden lalu mengajak empat orang peserta Mekaar berdialog di panggung. Ibu pertama adalah Ibu Jit dari Selosari yang mendapat pinjaman Rp4,5 juta dari program Mekaar.

"Saya punya warung kopi, segelas kopi dijual Rp3 ribu, jualnya di gerobak pinggir jalan jadi berbentuk warung angkringan," kata Jit.

"Wah anak saya juga punya warung kopi, tapi segelasnya Rp16 ribu, kalah anak saya ya," kata Presiden sambil tertawa.

"Angkringan buka dari jam 6 pagi sampai jam 9 malem, selanjutnya ganti suami saya sampai pagi," ungkap Bu Jit.

"Wah ini yang namanya kerja keras," puji Presiden.

Bu Jit mengaku mencicil Rp202.500 setiap hari pengumpulan cicilan pinjaman.

Sedangkan ibu kedua adalah Padmi yang mendapat pinjaman Rp3 juta. Ia menggunakannya untuk bertani seperti membeli benih, pupuk hingga membuat caping.

Peserta ketiga adalah Bu Tuti dari Banjarejo yang berjualan kerupuk mbandung. Sehari ia bisa menjual 200 kerupuk yang masing-masing bungkus berisi 8 kerupuk. Satu bungkusnya dijual Rp2.000.

"Saya dapat pinjaman Rp2 juta, sebelum dapat Mekaar produksinya lebih sedikit, dulu satu keranjang, sekarang 2 keranjang," kata Tuti yang mencicil per minggu sebesar Rp50 ribu.

Terakhir adalah Rohmatun yang berjualan emping dan gorengan dari pinjaman Mekaar senilai Rp3 juta.

"Tapi saya titip ibu-ibu, kalau dapat pinjaman Rp2 juta gunakan semuanya untuk modal usaha, modal kerja, jangan kalau dapat Rp2 juta, yang Rp1 juta untuk beli baju atau beli yang lain," tegas Presiden.

Sudah ada 4.184.889 juta penerima program Mekaar dengan besaran pinjaman Rp2 juta-4,5 juta dan kredit macet 0,1 persen. Di Jawa Timur sendiri per 31 Januari 2019 ada 910.566 nasabah Mekaar.

Baca juga: Presiden Jokowi memulai kunjungan kerja di Jawa Timur

Baca juga: Presiden tekankan "Jujur-Disiplin-Kerja Keras" bagi penerima program Mekaar

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019