New York (ANTARA News) - Harga minyak mentah dunia membukukan hasil beragam pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena pasokan minyak OPEC turun pada Januari dan produksi minyak mentah AS mencatat kenaikan bulanan pada November tahun lalu.

Meskipun minyak mentah AS memperpanjang kerugian harian 44 sen AS pada Kamis (31/1), untuk Januari berakhir dengan kenaikan bulanan 18,5 persen, yang menandai kenaikan Januari terbaik dalam catatan.

Minyak mentah AS terbebani karena produksi minyak AS naik ke tingkat tertinggi sepanjang masa sebesar 11,9 juta barel per hari (bph) pada November 2018, dari 11,5 juta barel per hari di bulan sebelumnya, menurut laporan pasokan minyak bulanan terbaru yang dirilis oleh Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Kamis (31/1).

Sementara patokan internasional, minyak mentah Brent terus reli, mengakhiri Januari dengan kenaikan bulanan hampir 15 persen, juga kenaikan bulanan terbaik sejak April 2016.

Pasokan minyak OPEC telah jatuh pada Januari dengan jumlah terbesar dalam dua tahun, menurut survei terbaru oleh Reuters.

Kelompok beranggotakan 14 negara ini telah memproduksi 30,98 juta barel per hari pada Januari, turun 890.000 barel per hari dari Desember, menandai penurunan bulan ke bulan terbesar sejak Januari 2017.

OPEC yang dipimpin Saudi dan 10 penghasil minyak sekutunya, termasuk Rusia, mencapai kesepakatan untuk memangkas produksi minyak dengan total 1,2 juta barel per hari pada 7 Desember 2018 dalam upaya menopang penurunan harga karena kekhawatiran kelebihan pasokan.

Kesepakatan itu mulai berlaku sejak 1 Januari dan akan berlangsung selama enam bulan pertama 2019.

Sebelas anggota OPEC akan memangkas 800.000 barel per hari, tidak termasuk anggota lainnya Iran, Libya, dan Venezuela.

Minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret, turun 0,44 dolar AS menjadi menetap pada 53,79 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, patokan global, minyak mentah Brent untuk penyerahan Maret, naik 0,25 dolar AS menjadi ditutup pada 61,90 dolar AS per barel pada London ICE Futures Exchange. Demikian laporan yang dikutip dari Xinhua.

Baca juga: Harga emas lanjutkan kenaikan signifikan

Baca juga: Bursa Wall street ditutup bervariasi, investor cerna laporan laba perusahaan

Baca juga: Fed diperkirakan bakal turunkan suku bunga AS

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019