Kita tidak boleh takut dalam mengemban amanah ini."

Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Pengurus Besar Nadhdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj mengatakan NU telah berjalan dengan baik dan selalu berperan dalam mengawal keutuhan persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"NU terus berperan dan memiliki kontribusi besar dalam mengawal keutuhan NKRI, menjaga kekuatan eksistensi budaya kepribadian serta jati diri Islam Nusantara," ujar Said Aqil usai pembukaan Harlah NU ke-93 di Jakarta, Kamis.

Dia menjelaskan Islam Nusantara merupakan Islam Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, antiradikal, antiterorisme apalagi ekstrimisme. Dalam kesempatan itu, Said Aqil mengajak warga NU untuk terus menjaga amanah dari para pendiri NU tersebut. Amanah yang dimaksud adalah berani mengatakan tidak kepada kebatilan, walaupun orang lain diam atau takut.

"Kita tidak boleh takut dalam mengemban amanah ini," jelas dia lagi.

Said Aqil juga menceritakan bagaimana Gus Dur memberikan contoh yang jelas kepada warga NU, yang mana pada saat Orde Baru, Gus Dur tetap mempertahankan amanah itu. Meskipun saat itu Gus Dur bisa diam dan menikmati hidup enak jika tidak mengkritik pemerintah saat itu.

Dia juga menambahkan negara yang tidak kuat struktur sosial sulit untuk menyatukan masyarakat ketika terjadi konflik.

"Alhamdulillah, Indonesia memiliki struktur sosial yang kuat. Kami meminta agar NU dan juga Muhammadiyah untuk terus menjaga menjaga keutuhan bangsa."

Dalam kesempatan itu, Said Aqil juga mendoakan agar Presiden Joko Widodo yang juga hadir dalam acara itu, diberikan kejutan lahir batin dan petunjuk sehingga mendapat kemenangan dalam Pilpres 2019.

"Ini bukan kampanye, semuanya mendoakan, mendoakan boleh kan, mudah-mudahkan Bapak H Ir Jokowi diberikan kekuatan lahir batin oleh Allah, diberi petunjuk oleh Allah sehingga mendapatkan kemenangan dan kesukseskan, ini mendoakan," cetus dia lagi.

Saiq Aqil juga meminta agar warga NU meningkatkan kekuatan, terutama yang calon pemimpin yang akan menggantikannya pada 2020 harus lebih dari dirinya.

Pewarta: Indriani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019