Digitalisasi ini patut dijadikan standar operasional pelabuhan-pelabuhan di Indonesia karena dipastikan akan memberikan keuntungan di masa depan.
Jakarta (ANTARA News) - Pengamat Maritim dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Raja Oloan Saut Gurning, mengatakan digitalisasi yang diterapkan di pelabuhan akan sangat menguntungkan pengelolanya dalam berbagai sisi.
Raja Oloan Saut Gurning di Jakarta, Kamis, mencontohkan pengembangan dan penerapan teknologi digital yang dilakukan PT Pelabuhan Indonesia II/IPC di pelabuhan-pelabuhan kelolaannya.
"Digitalisasi ini patut dijadikan standar operasional pelabuhan-pelabuhan di Indonesia karena dipastikan akan memberikan keuntungan di masa depan," kata Raja Oloan Saut.
Selain itu, menurut dia, dengan digitalisasi, IPC juga telah menjalankan kegiatan bisnis yang transparan dan akuntabel. Namun demikian, ia menekankan pengelola pelabuhan untuk memperkuat SDM dalam hal kemampuan penguasaan teknologi.
Ia berpendapat, IPC misalnya perlu mencari solusi agar proses digitalisasi bisa diterima dan diikuti oleh seluruh pemangku kepentingan lainnya. “Sebab, transformasi yang dilakukan IPC akan mengubah proses bisnis yang semi otomatis menjadi otomatis melalui platform digital,” ujar pria yang akrab disapa Saut itu.
Ia menekankan bahwa penggunaan teknologi digital itu mampu mempersingkat waktu pelayanan dan biaya operasional di pelabuhan. Saut berpendapat, jika semua pelabuhan di Indonesia menerapkan teknologi digital di setiap lini operasionalnya, maka akan terjadi efisiensi waktu dan biaya logistik, yang berimbas pada meningkatnya daya saing produk-produk ekspor nasional, serta berkurangnya harga barang impor yang dikonsumsi di dalam negeri.
Direktur The National Maritime Institute (Namarin), Siswanto Rusdi mengatakan, sejauh ini transformasi yang dilakukan IPC sudah menunjukkan hasil di antaranya ditandai dengan turunnya biaya operasional sepanjang 2018, dan meningkatnya pendapatan persero.
“Pada kuartal III 2018, misalnya, pendapatan IPC meningkat 20 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. EBITDA IPC tercatat sebesar Rp3,217 triliun atau 44 persen lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” ujarnya.
Siswanto menjelaskan, digitalisasi sektor transportasi dan logistik di seluruh dunia berjalan cepat. Banyak teknologi baru yang dihadirkan oleh pengelola pelabuhan, untuk menjawab berkembangnya volume daya angkut dan kuantitas pelayaran kapal-kapal raksasa di jalur pelayaran utama dunia, termasuk di Asia. Operasional di Pelabuhan Tanjung Priok yang sudah berstandar internasional, juga dinilai bisa dijadikan patokan atau benchmark bagi pelabuhan-pelabuhan lain di Indonesia.
“Mau tidak mau, pelabuhan-pelabuhan lain di Indonesia harus mengikuti tren global yang memang serba cepat dan serba efisien. Digitalisasi adalah salah satu cara menghasilkan efisiensi waktu dan biaya, selain juga faktor pengembangan infrastruktur kepelabuhanan,” jelasnya.
IPC melakukan serangkaian langkah strategis untuk meningkatkan produktivitas logistik melalui digitalisasi. Beberapa digitalisasi yang dilakukan di antaranya menghadirkan vessel traffic system (VTS), peti kemas dan non peti kemas terminal operation system, platform marine operating system (MOS), dan juga aplikasi auto tally, auto gate serta e-service.
"Digitalisasi di IPC sebenarnya sudah ada sejak lama melalui Electronic Data Interchange. Tapi saat itu terkendala infrastruktur teknologi informasi. Sekarang dengan infrastruktur yang sudah berkembang pesat, saya yakin IPC bisa lebih cepat melakukan digitalisasi," ujarnya.
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019