Jakarta (ANTARA News) - Menteri Negara Lingkungan Hidup (Menneg LH), Rachmat Witoelar, mengatakan bahwa Indonesia berhasil meyakinkan Amerika Serikat (AS) untuk turut terlibat dalam Kerangka Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB untuk Perubahan Iklim (UNFCCC) yang digelar di Bali akhir tahun ini. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Rachmat seusai menemui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Presiden Jakarta, Selasa. "Hasil pertemuan Washington yang paling signifikan adalag AS yang tadinya tidak bersedia ikut dalam UNFCCC Bali akhirnya bersedia ikut," kata Rachmat mengenai hasil pertemuannya pekan lalu di Washington, AS. Menurut Rachmat, karena pertemuan itu bukan untuk tingkat Kepala Negara, maka yang datang adalah para menteri. Disebutkannya bahwa ada sekitar 20 orang menteri dari pemerintahan Presiden George W. Bush yang akan hadir, namun Rachmat belum mengetahui secara pasti detilnya. Saat ditanya pers mengenai alasan yang mendasari perubahan sikap AS itu, Rachmat mengatakan bahwa hal itu adalah salah satu keberhasilan lobi Indonesia. "Mereka yakin bahwa ini adalah cara yang paling baik, kita berhasil meyakinkan mereka," ujarnya. Terkait dengan rencana pertemuan di Bali itu, Rachmat mengatakan bahwa Indonesia akan membawa isu mengenai kelestarian hutan dan dana insentif pemeliharaan hutan. Rachmat menjelaskan bahwa dana insentif pelestarian hutan memang masih diperjuangkan oleh negara-negara pemilik hutan tropis. "Dari program CDM --Clean Development Mechanism-- saya taksir empat dolar AS per hektare. Kalau jutaan hektare berarti jutaan kali sekian dolar setiap tahun," ujarnya. Dana tersebut, menurut Rachmat, berasal dari dana dunia yang berasal dari iuran masing-masing negara sesuai dengan formula hitungan tertentu yang tergantung pada besaran GDP (pendapatan kotor nasional) negara. Mengenai tuduhan jika Indonesia termasuk salah satu negara penyumbang emisi terbesar akibat kebakaran hutan, Rachmat mengatakan bahwa pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mengatasi hal itu. "Kita akan padamkan, katakanlah karena saya tidak mengingkari bahwa kita memang melemparkan gas asam arang, melalui kebakaran hutan itu. Sekarang ini kita usahakan supaya kebakaran hutan itu benar-benar diredam, dan sekarang saja sudah berkurang dari tahun lalu," katanya. Targetnya, lanjut dia, telah akan ada penurunan dratis sebelum pertemuan di Bali atau sekitar 20-30 persen setiap tahunnya, terutama untuk lahan gambut di Kalimantan. Indonesia akan menggalang sumber dana reboisasi dalam "United Nations Framework Convention on Climate Change" (UNFCCC) pada 2 - 14 Desember 2007 di Bali demi kelestarian hutan atau paru-paru dunia. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007