"Perkara KH Said Aqil Siradj ini saya kira dicukupkan saja demikian," kata Din kepada wartawan di Jakarta, Rabu.
Din mengaku sejatinya tidak tertarik mengomentari persoalan Said yang mendorong kader Nahdlatul Ulama mengisi banyak posisi strategis baik itu jabatan publik dan umat.
Alasannya, jika persoalan tersebut diperpanjang maka tidak akan ada habisnya dibahas. Menurut dia, energi umat akan terkuras habis jika memperpanjang polemik tersebut terlebih banyak persoalan lain menyangkut bangsa dan keumatan yang menjadi prioritas diatasi terlebih dahulu.
Kendati demikian, dia mengingatkan setiap pihak, terutama ulama dan figur publik, untuk bisa menahan diri terhadap pernyataan-pernyataannya di tahun politik karena rentan terjadi gesekan.
"Jangan ada aksi reaksi karena akan ada perpecahan di bawah, karena saat ini sensitif... Itu saya kira cukup lah masih banyak masalah strategis lainnya," katanya.
Selaku Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia, Din mengatakan Wantim MUI meminta kepada para ulama, zuama dan elit ormas keagamaan untuk menahan diri melontarkan pernyataan yang dapat menyinggung pihak lain.
Sebelumnya, Said Aqil dalam forum terbuka meminta kader NU untuk mengisi berbagai posisi strategis demi kebaikan umat dan bangsa, beberapa di antaranya jabatan publik, imam dan khatib masjid.
Atas hal itu, Din mengatakan di Indonesia terdapat banyak masjid non-NU sehingga hal itu tidak tepat.
"Di luar itu kalau menunjuk jadi imam, khatib, 'kan banyak di luar NU dan Muhammadiyah, masih banyak lagi satu jutaan masjid itu. Tentu tidak akan bisa satu ormas untuk membatasinya. Saya kira itu sudah 'clear', sudah jelas," kata dia.
Din mengajak agar dalam berbagai persoalan keumatan sebaiknya figur publik mengedepankan prinsip Islam yang moderat bertoleransi terhadap golongan lain.
"Marilah kita tampilkan Islam jalan tengah, Islam yang 'rahmatan lil alamin', karena itu juga bagian dari Islam Nusantara. Islam yang menegakkan toleransi pada yang lain. Saya memahami toleransi itu termasuk menghargai adanya ormas-ormas Islam yang lain," kata dia.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019