Jakarta (ANTARA News) - Ustaz Bachtiar Nasir (UBN) mengajak umat Islam Indonesia menggunakan hak pilih dalam Pemilu 2019, tidak menjadi bagian dari golongan putih (golput) yang tidak menggunakan hak pilih.
"Agar seluruh umat Islam tidak golput dan menggunakan hak pilihnya dengan memilih calon yang berpihak pada kepentingan Islam dan umat Islam yang otomatis berpihak pada kepentingan bangsa," kata UBN, yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI), di Jakarta, Selasa.
Dia mengatakan umat Islam merupakan pemilih terbesar yang akan menentukan nasib umat dan bangsa dalam pemilihan presiden, pemilihan anggota legislatif, dan pemilihan anggota Dewan Perwakilan Daerah.
"Jangan mau lagi menjadi sekedar pemanis saat pemilu raya atau hanya menjadi pendorong mobil mogok setelah pemilu raya," kata dia.
Dia juga mengatakan bahwa perbedaan pilihan di antara umat Islam adalah hal yang wajar, dan menekankan pentingnya menjaga persaudaraan dan persatuan antara sesama Muslim dan bangsa Indonesia di tengah perbedaan pilihan.
UBN juga meminta muslim Indonesia tidak menyerang sesama muslim hanya karena berbeda pilihan politik.
"Jangan pula menyerang ulama, lembaga keulamaan, ormas Islam dan lembaga Islam manapun," kata dia.
"Dan senantiasalah menjunjung tinggi nilai Bhineka Tunggal Ika sebagaimana yang diajarkan Al Quran dan Sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa salam," katanya.
UBN mengatakan Islam adalah agama universal bagi seluruh manusia yang memandang politik sebagai sarana ibadah agung guna menata kelola kehidupan publik yang berkeadilan dan mensejahterakan masyarakat dan bangsa.
Islam dan politik, menurut dia, merupakan satu kesatuan yang integral serta tidak dapat dipisahkan.
"Tiga kerangka dasar Islam yaitu aqidah, syariah dan akhlak telah menjadi sendi bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sejak awal berdirinya bahkan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari Pancasila dan UUD 1945," kata dia.
Oleh karena itu, ia mengatakan, MIUMI akan menolak dan melawan setiap upaya untuk menyingkirkan narasi dan nilai Islam dari pondasi NKRI dan UUD 1945 seperti Komunisme, Leninisme dan Marxisme sebagaimana tertuang dalam TAP MPRS No 25 Tahun 1966.
"Demikian pula sekularisme dan liberalisme, karena telah menjadi gerbang masuknya berbagai sampah ideologi yang bertentangan dengan ideologi bangsa dan negara Indonesia yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa," katanya.
Baca juga: Memikat hati pemilih
Baca juga: Cara kekinian tingkatkan partisipasi pemilih pemula
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019