Singapura (ANTARA News) - Harga minyak mentah di pasar Asia, Selasa, bertahan setelah aksi ambil-untung terkait kekhawatiran atas pelambatan ekonomi Amerika Serikat (AS), yang diprediksi mempengaruhi permintaan minyak, kata para pelaku pasar. Pada pukul 10.51 waktu Singapura (02.51 GMT), kontrak minyak utama New York, light sweet untuk pengiriman November, turun empat sen menjadi 80,20 dolar AS per barel. Kontrak minyak itu sempat mencapai 80,24 dolar dalam perdagangan Senin malam di AS, setelah mengalami penurunan harga 1,42 dolar. Minyak Brent Laut Utara untuk pengiriman November naik 10 sen menjadi 77,74 dolar. "Kami melihat munculnya aksi ambil-untung di mana membuat harga stabil," kata David Moore, pakar komoditas strategis dari Commonwealth Bank Australia di Sydney. Pengumuman angka indeks penjualan rumah dan keyakinan konsumen baru-baru ini memicu kekhawatiran mengenai prospek ekonomi AS, di mana sebelumnya sudah dihantam oleh kredit macet sektor perumahan. Penjualan rumah baru di AS turun 8,3 persen pada Agustus, mencapai tingkat terendah dalam tujuh tahun, sedangkan survei kunci menunjukkan tingkat keyakinan konsumen AS turun ke titik terendah selama dua tahun akibat kondisi bisnis dan pasar kerja melemah. Analis Sucden, Michael Davies sebelumnya mengatakan bahwa "ketakutan mengenai krisis kredit di AS dan tingginya harga energi yang dapat membalikkan pertumbuhan ekonomi telah menekan kondisi pasar modal global dan harga minyak, khususnya setelah keluarnya data ekonomi melemah di AS pekan lalu." AS merupakan konsumen energi terbesar dunia setelah China, sehingga jika pertumbuhan ekonomi AS melemah akan menaikkan prospek penurunan permintaan minyak dunia. Namun masih sulit diprediksi apakah harga minyak akan naik atau turun lagi, kata Moore. "Kita tidak bisa mengenyampingkan kemungkinan harga akan naik," katanya. "Sebaliknya, harga minyak sudah sangat tinggi, bila dilihat dari standar historis." Harga minyak sempat mencapai rekor tertinggi 84,10 dolar per barel pada September, sedangkan kontrak Brent London mencatat rekor pada 81,05 dolar per barel, Jumat lalu akibat kekhawatiran atas pasokan minyak dunia, demikian AFP.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007