Jakarta (ANTARA News) - Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore, melemah sebesar 22 poin ke posisi Rp14.094 dibandingkan sebelumnya Rp14.072 per dolar AS.

Analis pasar uang Monex Investindo Futures Dini Nurhadi Yasyi di Jakarta, Selasa, mengatakan, nilai tukar rupiah melemah karena pasar masih menunggu pengumuman kebijakan moneter The Fed. Hari ini rupiah bergerak relatif stabil.

"Memang penguatan rupiah bakal konsolidasi di area ini. Buat menguat jauh dari Rp14.000 memang agak berat ya buat jangka pendek ini. Pasar soalnya masih nunggu hasil rapat The Fed, sama data Non Farm Payroll atau NFP Amerika di akhir pekan," ujar Dini.

Meskipun sebenarnya ada kemungkinan The Fed tidak akan menaikkan suku bunga acuannya tahun ini, lanjut Dini, namun perlu diingat bahwa prospek perlambatan ekonomi global masih terus diantisipasi oleh pasar.

"Trump juga hari ini katanya mengancam bakal melakukan "shutdown" lagi. Kalau sudah begini, potensi pasar beralih ke aset "safe haven" dan mata uang "emerging market" suka jadi korban," kata Dini.

Selain itu, Rabu (30/1) besok juga ada pemungutan suara (voting) parlemen Inggris dan Perdana Menteri Inggris Theresa May akan memberikan rencana cadangan (plan B) terkait Brexit.

"Ini kalau terjadi apa-apa lagi soal Brexit biasanya suka pengaruh ke kurs dolarnya. Pengaruh kurs dolar biasanya bakal jadi sentimen penggerak ke rupiahnya," ujar Dini.

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pag,i sendiri awalnya dibuka menguat Rp14.070 per dolar AS kemudian bergerak melemah. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.070 hingga Rp14.164 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa menunjukkan, mata uang rupiah melemah menjadi Rp14.098 dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.038 per dolar AS.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019