Saat ini berbagai program perusahaan rokok sudah secara terang-terangan masuk ke semua elemen masyarakat termasuk perguruan tinggi...

Jakarta (AnNTARA News) - Wakil Ketua Majelis Pendidikan Tinggi Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Edy Suandi Hamid mengatakan perguruan tinggi seharusnya bisa membatasi atau bahkan menolak bekerja sama dengan perusahaan rokok.

"Saat ini berbagai program perusahaan rokok sudah secara terang-terangan masuk ke semua elemen masyarakat termasuk perguruan tinggi," kata Edy dalam sebuah diskusi kelompok terfokus yang diadakan di Jakarta, Selasa.

Edy mengatakan masih banyak perguruan tinggi yang bekerja sama dengan industri rokok dalam program pendidikan, penelitian hingga pengembangan minat dan bakat mahasiswa.

Perguruan tinggi yang masih bekerja sama dengan industri rokok, menurut dia, seringkali "keliru" menafsirkan program-program bantuan tersebut sebagai bentuk dari tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR).

"Padahal, sebagai akademisi mereka seharusnya bisa melihat bahwa itu bukanlah CSR melainkan upaya industri rokok untuk menutupi dampak negatifnya melalui berbagai yayasan," tuturnya.

Edy mendorong perguruan tinggi aktif mempelopori dan menciptakan gerakan pengendalian tembakau. Apalagi, mahasiswa merupakan kelompok elite generasi muda yang menjadi sasaran utama industri rokok.

"Sebagai bagian elite pemuda, mahasiswa bisa menjadi panutan pemuda lainnya. Bila banyak insan kampus yang merokok, akan menjadi promosi gratis bagi industri rokok," katanya.

Baca juga:
Kadin sebut tidak ada CSR industri rokok
YLKI duga industri rokok intervensi kebijakan cukai

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019