Kitsyot, Israel (ANTARA News) - Israel mulai membebaskan puluhan warga Palestina dari penjara pada Senin, sebagai usaha menopang Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, yang berselisih dengan gerakan Hamas. Setelah beberapa jam pembebasan itu tertunda, 57 tahanan dibawa dengan bus dari benteng Kitsyot menuju Tepi Barat, ungkap Lembaga Pemasyarakatan Israel. Mereka menyebutkan, para tahanan lainnya yang berasal dari Tepi Barat, sedang menjalani pemeriksaan kesehatan. Israel merencanakan pembebasan 29 tahanan lainnya yang berasal Jalur Gaza, namun mereka ditahan di Kitsyot, dan pejabat Israel mengatakan ada masalah teknis. Media Israel menyebutkan, Presiden Shimon Peres tidak menandatangani surat-surat pada waktunya. Keseluruhan 87 tahanan yang akan dibebaskan itu adalah anggota Fatah, faksi yang dipimpin Abbas. Mereka dipenjara, karena melakukan serangan tapi tidak menyebabkan tewasnya warga Israel. Perdana Menteri (PM) Israel, Ehud Olmert, pekan lalu mengatakan bahwa para tahanan itu harus menulis sumpah tidak melakukan kekerasan. "Saya berharap akan ada perdamaian dan ketenangan," kata salah seorang tahanan kepada Reuters, saat akan meninggalkan Kitsyot. Terdapat 11.000 warga Palestina yang ditahan Israel. Fatah kehilangan kontrol atas Gaza pada Juni dan kawasan itu jatuh ke Hamas, gerakan yang menolak perdamaian dengan Israel. Pejabat Hamas, Sami Abu Zuhri, mengemukakan bahwa pembebasan tahanan itu "bertujuan memperkeruh perselisihan antar warga Palestina dan mencemerlangkan citra pendudukan (atas Palestina) dalam opini masyarakat dunia." Hamas menyebutkan, dua pejuang mereka tewas pada Senin pagi setelah menyerang tentara Israel di perbatasan Gaza. Pemerintahan Abbas menyambut pembebasan para tahanan itu namun mereka mengatakan masih banyak yang harus dilakukan. Sebelumnya pada 20 Juli, Israel membebaskan sekitar 250 tahanan, mayoritas adalah anggota Fatah. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007