Kita perbesar korporasi dan mikro agar lebih agresif, dibanding komersial dan 'small medium enterprise' (usaha kecil dan menengah)

Jakarta (ANTARA News) - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk meraup laba bersih Rp25,02 triliun sepanjang 2018 atau naik 21,2 persen secara tahunan (yoy) yang ditopang pergeseran penyaluran kredit ke segmen korporasi dan ritel, selain menghapus buku kredit bermasalah secara signifikan.

Direktur Utama Mandiri Kartika Wirjoatmodjo di Jakarta, Senin, mengatakan perseroan menggeser prioritas kredit ke segmen korporasi dan ritel, dan memperbaiki kredit bermasalah dari segmen komersial dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

"Kita memang ada pergeseran penyaluran kredit. Kita perbesar korporasi, dan mikro agar lebih agresif, dibanding komersial dan small medium enterprise (usaha kecil dan menengah)," kata dia.

Pada 2018, emiten bersandi BMRI itu memperbaiki rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) dengan menghapus buku (write off) hingga Rp13 triliun. Alhasil, NPL gross Mandiri terpangkas menjadi 2,75 persen dari 3,46 persen.

Sepanjang tahun lalu, kredit Mandiri tersalurkan Rp820,1 triliun atau naik 12,4 persen (yoy).

Sumber laba Mandiri, tidak hanya ditopang pendapatan bunga bersih, namun juga pendapatan berbasis komisi atau nonbunga.

Pendapatan bunga bersih atau pendapatan yang diambil dari suku bunga, hanya tumbuh 5,07 persen menjadi Rp 54,62 triliun pada akhir 2018.

Pertumbuhan pendapatan bunga yang satu digit itu dikompensasi pendapatan nonbunga yang melejit hingga 20,1 persen menjadi Rp28,4 triliun.

Dari pendapatan bunga bersih itu, Mandiri mengelola marjin bunga bersih (NIM) di 5,74 persen atau turun 0,09 persen dibanding 2017.

"Meski turun, tapi tipis sekali. NIM bank-bank lain bisa turun hingga 20 basis poin," ujar dia.

Sementara itu, pada 2018, dana pihak ketiga (DPK) Mandiri hanya tumbuh 3,1 persen (yoy) menjadi Rp840 triliun.

Tiko, sapaan akrab Kartika, mengakui pertumbuhan tersebut cukup rendah. Namun dari keberlanjutan pendanaan, Mandiri mengalami perbaikan, hal ini terlihat dari tingkat rata-rata keseimbangan (average balance) yang naik 7,2 persen.

Laba Mandiri juga menebal karena biaya cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) turun dari Rp15,95 triliun menjadi Rp14,18 triliun pada akhir 2018, yang berarti selisih sebesar Rp1,76 triliun masuk ke laba bersih.

Secara konsolidasi, Mandiri mengumpulkan aset perseroan menjadi Rp1.202,3 triliun.

Baca juga: Bank Mandiri berencana terbitkan surat utang Rp40 triliun
Baca juga: Naik 20 persen, Bank Mandiri kantongi laba Rp18,1 triliun


Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019