Jakarta (ANTARA News) - Mantan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menghadiri deklarasi dukungan alumni Universitas Andalas berbagai angkatan untuk pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi) dan Ma`ruf Amin di Gedung Joang 45, Jakarta, Minggu.
"Bicara Unand ini urusan orang Minangkabau. Saya Luthfi 49 tahun ayah dari Pariaman, saat 45 tahun sudah pensiun sebagai Kepala BKPM, Dubes Jepang, dan Mendag merasa berdosa karena sampai hari ini Sumbar belum baik. Saya mohon maaf," kata Lutfi saat acara deklarasi tersebut.
Lebih lanjut, Lutfi yang menjabat Mendag periode Februari sampai Oktober 2014 itu menyatakan bahwa dirinya ditugaskan oleh Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma`ruf Amin sebagai tim ahli.
"Sebagai tim ahli saya banyak buka angka, kemarin saya bicara Indonesia adalah negara yang sedang bergegas. Jokowi-Jusuf Kalla tahun 2018 berhasil membawa di kelas menengah yang kuat ekonomi nomor 16 dengan rata-rata penghasilan perkapita 4.035 dolar AS. Permasalahannya harus ada terobosan baru karena kita harus capai 12 ribu dolar AS untuk menjadi negara yang maju," tuturnya.
Ia pun mencontohkan bahwa banyak negara di kelas menengah yang gagal menjadi negara maju.
"Seperti Venezuela di Amerika Latin, Brazil maka kita butuh terobosan. Hanya dengan dua cara investasi dalam infrastruktur, transfer teknologi berbasis pendidikan. Tahun 2045 nanti 90 persen tenaga kerja Indonesia lulus SMA, 60 persen lulus universitas," ucap Lutfi.
Dalam infrastruktur, kata dia, Jokowi telah membangun kapasitas pembangkit listrik lebih besar dari pada yang sebelumnya.
"Jokowi juga bangun jalan tol delapan kali lebih besar dari pada presiden-presiden sebelumnya. Indonesia sudah berada di `track` yang benar. Selama ini pasangan 01 sudah `leading` dengan baik. Kami mohon dapat menularkan kampanye yang bahagia, bukan yang takut atau menakuti. Biarkan saja media sosial yang jelek-jelek," ujarnya.
Pilpres 2019 diikuti dua pasangan capres, yaitu nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin dan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019