Turnamen Indonesia Masters 2019 menjadi penampilan terakhir atlet berusia 33 tahun itu sebelum memfokuskan diri pada bisnis yang digelutinya sejak 2015.
"Hari ini, Minggu 27 Januari 2019, saya menyatakan untuk pensiun sebagai atlet profesional bulu tangkis. Saya tidak pernah menyesal menjadi atlet bulu tangkis. Dunia ini yang membesarkan nama saya, dunia ini yang membuat saya bisa memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara," kata atlet peraih gelar juara dunia 2005, 2007, 2013, dan 2017.
Pemain yang akrab disapa Butet itu mengatakan tidak akan menjauh dari bulu tangkis sebagai cabang olahraga yang mengangkat namanya baik di dalam ataupun luar negeri. "Saya ingin memberikan kesempatan kepada junior saya. Saya ingin adik-adik atlet saya menjadi pemenang-pemenang baru ke depan," kata atlet peraih medali emas Olimpiade Rio 2016 bersama Tontowi Ahmad itu.
Ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir masih akan bertanding pada laga final turnamen Indonesia Masters 2019 dengan melawan pasangan China Zheng Siwei/Huang Yaqiong. "Mudah-mudahan saya dapat memberikan yang terbaik," ujar pemain yang pernah berpasangan dengan Greysia Polii dan Vita Marissa pada ganda putri, serta Nova Widianto dan Tontowi Ahmad pada ganda campuran itu.
Pemain yang mengawali latihan dari klub bulu tangkis Pisok, Manado, kemudian PB Tangkas, Jakarta itu telah mengoleksi total empat medali emas SEA Games yaitu dua SEA Games 2007 pada ganda putri dan beregu putri, SEA Games 2009, dan SEA Games 2011 dari nomor ganda campuran.
Butet yang terakhir kali menjadi pemain PB Djarum Kudus menyampaikan kata-kata motivasi pada ujung pidato perpisahannya di stadion yang sempat terkesan "angker" itu. "Kekalahan itu tidak memalukan, yang memalukan itu adalah menyerah," kata putri pasangan Beno Natsir dan Olly Maramis itu.
Selepas "gantung raket", Butet mengaku akan berkecimpung dalam tiga bisnis yang menjadi fokus kesehariannya yaitu Nine Familiy Reflexology dan properti di Serpong Tangerang Selatan, serta bisnis penukaran mata uang yang baru dirintisnya.
"Sampai jumpa di lain kesempatan, maju terus bulu tangkis Indonesia," kata pemain yang mampu menaklukkan "keangkeran" Stadion Istora pada Indonesia Terbuka 2018. Sebelumnya ia tidak pernah juara di Istora.
Sebelumnya, Butet mengaku belum terpikir untuk kembali dalam bulu tangkis sebagai pelatih pelatnas PBSI. "Saya tidak tahu siap atau tidak. Menjadi pelatih, saya harus memikirkan banyak atlet, harus paham dan sabar serta telaten. Itu harus ada dalam diri pelatih. Pemain yang bagus belum tentu menjadi pelatih yang bagus. Saya belum terpikirkan sampai ke sana. Saya masih ingin menikmati masa pensiun saya," ujarnya.
Selain empat gelar juara dunia itu, Butet juga tercatat merebut medali perak pada Kejuaraan Dunia 2009 bersama Nova Widianto dan medali perunggu Kejuaraan Dunia 2011 bersama Owi.
Meskipun berhasil mengoleksi emas Olimpiade Rio 2016 bersama Owi dan perak Olimpiade Beijing 2008 bersama Nova, Butet mengaku masih penasaran dengan medali emas Asian Games. Butet merebut medali perak Asian Games 2014 di Incheon Korea Selatan bersama Owi setelah kalah dari ganda China Zhang Nan/Zhao Yunlei 21-16, 21-14.
Butet juga menjadi bagian dari sejarah Indonesia ketika tim Merah-Putih mengukuhkan dominasinya pada cabang bulu tangkis SEA Games 2007 dengan menyapu habis medali emas. Butet menyumbang medali emas ganda putri dan berpasangan dengan Vita Marissa.
Pada turnamen bulu tangkis tertua di dunia, All England Liliyana Natsir bersama Tontowi Ahmad juga mencetak rekor sebagai ganda campuran Indonesia pertama yang menjadi juara setelah 33 tahun sebelumnya Christian Hadinata bersama Imelda Wiguna mempersembahkan gelar bagi Indonesia pada 1979.
Setelah itu, Liliyana bersama Tontowi menambah dua gelar All England lagi secara berurutan.
Terimakasih Butet atas pengabdian dalam bulu tangkis. #ThankyouButet.
Baca juga: (Pratinjau) - Final terakhir untuk Owi/Butet
Baca juga: Singkirkan pasangan Malaysia, Owi/Butet melaju ke final
Baca juga: Pelatih yakini Butet berikan penampilan terakhir yang baik
Pewarta: Imam Santoso
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2019