Solo (ANTARA News) - PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III (Persero), holding perusahaan perkebunan di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah meluncurkan sejumlah produk yang akan dijual secara ritel dengan merek Walini.

”Brand Walini ini akan kami gunakan untuk seluruh produk PTPN yakni gula, minyak goreng, teh, dan kopi,” kata Direktur Utama PTPN III Dolly P Pulungan di sela-sela peluncuran produk di Museum De Tjolomadoe, Karanganyar, Sabtu malam.

Dia mengatakan untuk tahap awal baru semua produk ritel itu namun dalam waktu dekat akan segera menyusul coklat dengan tetap menggunakan merek Walini.

Dia mengatakan selama ini produk produk PTPN holding menggunakan brand yang berbeda-beda dan distribusinya masih terbatas.

"Sehingga dengan brand baru ini, merek Walini akan digunakan untuk komoditas yang akan masuk ke pasar ritel," katanya.

Walini disiapkan untuk merambah pasar dari kalangan menengah, namun tetap mempertahankan merek premium untuk komoditas kopi dan teh yakni teh Kayu Aro dan kopi Rollaas.

Dolly menambahkan pada 2019 ini sebanyak 400 ribu ton gula, kopi, teh dan minyak goreng diharapkan akan terjual dengan nilai penjualan Rp400 miliar.

Untuk mendukung pemasaran, perseroan akan bekerja sama dengan sejumlah badan usaha milik negara antara lain Bulog, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia, PT Pelni dan PT Kimia Farma,

Dolly optimistis keempat produk yang diluncurkan bisa diterima dengan pasar karena produk asli Indonesia dan dijual dibawah harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.

"Kalau HET gula Rop12.500 per kg, maka gula Walini dijual di bawah harga itu. Ini gula sehat, dari tebu asli dan bukan rafinasi," katanya sambil menunjuk gula Walini.

Perusahaan holding perkebunan ini memiliki cakupan usaha berupa budi daya tanaman, produksi, perdagangan, pengembangan usaha bidang perkebunan, agrowisata, agrobisnis, agroindustri, dan usaha lainnya.

Komoditas yang dikelola di atas lahan 1,18 juta hektar adalah kelapa sawit, karet, gula, teh, kopi, kakao, tembakau, aneka kayuan, buah-buahan, dan aneka tanaman lainnya.

Pewarta: Santoso
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2019