Presiden minta masyarakat jangan percaya dengan kabar bohong (hoaks) termasuk dirinya juga pernah menjadi korban hoaks
Jakarta, 26/1 (Antara) - Presiden Joko Widodo mengajak semua elemen bangsa untuk berpolitik santun dan beretika, karena Indonesia terkenal di dunia masyarakatnya yang memiliki sopan santun, ramah, baik budi pekertinya.
"Marilah kita berpolitik yang santun, mari kita berpolitik yang beretika, mari kita berpolitik dengan tata krama yang baik," kata Presiden Jokowi saat acara pembagian sertifikat tanah untuk rakyat di Lapangan Bola Arcici Rawasari, Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Sabtu.
Menurut Kepala Negara, masyarakat Indonesia memiliki sopan satun dan tata krama yang baik sehingga harus diimbangi cara berpolitik yang baik pula.
Jokowi mengakui bahwa masuk dalam tahun politik banyak sekali kabar bohong (hoaks) dan ujaran kebencian terjadi di mana-mana.
Bahkan ia juga menjadi sasaran hoaks yang menyatakan dirinya adalah PKI dan juga memusuhi para ulama.
"Masak saya dikatakan PKI. Peristiwa PKI itu terjadi pada 1965 dan saya lahir 1961. Masa ada PKI balita," kata Presiden.
Jokowi juga mengungkap di media sosial yang menaruh fotonya disandingkan dengan DN Aidit yang pidato pada 1955.
"Masa saya belum lahir sudah ada fotonya dengan Aidit. Oleh karena itu saya harus ngomong, harus meluruskan," katanya.
Kepala negara juga disebut memusuhi para ulama, tetapi kenyataannya ia tiap minggu bersilahturahmi dengan para pemuka agama.
"Saya tiap minggu bersilaturahmi dengan ulama. Bahkan Hari Santri itu saya yang tanda tangan Kepresnya. Kok gitu disebut memusuhi ulama," jelasnya.
Presiden juga menyebut survei yang menyebutkan 9 juta penduduk mempercayai bahwa dirinya itu PKI dan musuh ulama.
"Untuk itu saya ngomong, kalau tidak bisa 12 ribu orang percaya kabar bohong itu," ungkapnya.
Untuk itu, Jokowi juga meminta untuk tidak percaya dengan kabar bohong dan menjauhi ujaran kebencian karena bisa membuat perpecahan di masyarakat.
"Jangan sampai beda pilihan karena Pilkada, pilihan Bupati, pilihan wali kota, pilihan gubernur dan pilihan presiden membuat antar tetangga, antar kampung tidak akur. Jangan korbankan itu," harapnya.
Presiden mengatakan bahwa beda pilihan itu hal biasa dan pemilu itu terjadi setip lima tahun sehingga jangan korbankan persatuan dan persaudaraan.
Jokowi berpesan bahwa jika memilih calon itu dilihat pengalaman memimpinnya, program yang yang ditawarkan.
"Namun jika ada tetangga yang beda pilihan jangan dimusuhi," kata Jokowi kembali. ***2***
Pewarta: Joko Susilo
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2019