Dengan diterimanya lima unit Helikopter AS 565 MBE dari PT DI ke Puspenerbal, akan menambah kekuatan Penerbal, khususnya Skuadron 400 sebagai upaya menghadirkan kekuatan yang andal dan berdaya pukul tinggi guna menghadapi berbagai tantangan dalam men

Sidoarjo, Jatim (ANTARA News) - Pusat Penerbangan Angkatan Laut (Puspenerbal) menerima lima unit helikopter AS 565 MBE dan satu unit pesawat udara CN235 hasil dari proses pengadaan Mabesal dan Kemenhan melalui salah satu industri pertahanan binaan Kementerian BUMN yaitu PT. Dirgantara Indonesia.

Komandan Puspenerbal Laksamana Pertama TNI Dwika Tjahja S. S.H, Jumat, di Sidoarjo, Jawa Timur mengatakan, Puspenerbal sebagai bagian dalam Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) pesawat udara TNI-AL harus memiliki kemampuan "fleet air arm" yang mampu memberikan daya deteksi dan Intelijen, daya pukul, daya gerak dan pengamanan bagi Kapal Republik Indonesia (KRI).

"Selain itu juga bisa melaksanakan manuver, baik di masa damai (OMSP) atau di masa perang (OMP) dengan optimal," katanya.

Dalam mengaplikasikan "fleet air arm" tersebut, kata dia, Puspenerbal selaku pembina unsur-unsur pesawat udara TNI-AL mengemban enam fungsi yaitu pengintaian udara taktis, anti kapal permukaan, anti kapal selam, pendaratan pasukan pendarat lintas helikopter, dukungan logistik cepat dan pengamatan laut.

"Dengan diterimanya lima unit Helikopter AS 565 MBE dari PT. Dirgantara Indonesia (PT. DI) ke Puspenerbal, akan menambah kekuatan Penerbal, khususnya Skuadron 400 sebagai upaya menghadirkan kekuatan yang andal dan berdaya pukul tinggi guna menghadapi berbagai tantangan dalam menghadapi ancaman kapal selam ke depannya," katanya.

? ?Ia menjelaskan, TNI Angkatan Laut telah memilih Helikopter AS 565 MBE panther yang akan digunakan untuk melaksanakan taktik-taktik pencarian dan penghacuran pada peperangan anti kapal selam secara handal dan efektif.

? ?Komandan Puspenerbal juga menjelaskan, penggunaan aset militer dalam mencapai sasaran tugas pokok khususnya pada peperangan laut abad-21, tidak lagi bergantung pada keunggulan secara kuantitas semata namun juga bergantung pada faktor kualitas yang dimiliki.

? ?"Faktor kualitas yang dimaksud mencakup teknologi sensor, senjata, wahana atau media (platform), kesiapan SDM dan keterpaduan sistem senjata dan teknologi informasi atau yang dikenal dengan interoperabilitas," katanya.

? ?Ia mengatakan, sebagai salah satu bagian yang memiliki peranan penting dari peperangan laut modern saat ini, peperangan anti kapal selam masih menjadi bagian krusial yang harus dapat dikuasai guna mencapai keunggulan dan keberhasilan pada setiap operasi tempur laut.

? ?"Perkembangan kekuatan angkatan laut negara-negara di kawasan terutama peningkatan kemampuan dan teknologi kapal selam yang dianggap berpotensi memberikan ancaman terhadap kekuatan kapal permukaan satuan kawan ditanggapi dengan analisa yang terukur, salah satunya dengan merumuskan konsep sinergitas dalam melaksanakan operasi peperangan anti kapal selam yang tepat dengan pemanfaatan aset yang dimiliki, baik kapal permukaan ataupun kapal selam, pesawat udara maupun pangkalan," katanya.

? ?Ia menambahkan, beberapa helikopter yang pernah dimiliki dan berkemampuan "striking force" sebagai fungsi anti kapal selam hanya terbatas pada kemampuan "weapon carrier", sehingga belum optimal dalam melaksanakan fungsi asasinya.

? ?"Kemampuan Helikopter anti kapal selam yang belum pernah dimiliki sebelumnya merupakan kerinduan kita semua agar mampu mendukung tugas pokok TNI Angkatan Laut dalam mengamankan dan menegakkan Kedaulatan Laut NKRI. Besar harapan kita akan kebutuhan alutsista tersebut dapat dipenuhi agar dapat diintegrasikan dengan operasional kekuatan KRI yang ada," katanya.

Baca juga: Puspenerbal miliki pesawat latih Baron G-58

Pewarta: Indra Setiawan
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019