Makassar (ANTARA News) - Tiga perusahaan milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan dilikuidasi guna menyelesaikan tunggakan RDI yang mengalami kemacetan sehingga diharapkan dengan penghapusan utang ketiga perusahaan tersebut, BUMN akan berangsur-angsur pulih. Menurut Sekretaris Menteri BUMN, Said Didu saat mendampingi Meneg BUMN, Sofyan Djalil melakukan kunjungan kerja di Makassar sejak Sabtu hingga Minggu (29-30/9), ketiga perusahaan BUMN tersebut adalah PT Industri Soda Indonesia, PT Garam Indonesia dan perusahaan gelas. Pinjaman RDI oleh ketiga perusahaan milik BUMN yang diusulkan untuk dilikuidasi ini mencapai sekitar Rp50 triliun, sementara yang lancar hanya Rp35 triliun. "RP15 trilin ini yang bermasalah dan kita saat ini masih menunggu persetujuan DPR terhadap rencana likuidasi tersebut," ujarnya. Selain ketiga BUMN tersebut lanjut Said, pihaknya juga akan melakukan rektrukturisasi terhadap sejumlah BUMN yang bermasalah dengan cara merger atau akusisi dan penyertaan modal. "Semua ini ingin kita lakukan secepatnya tetapi DPR selalu mengulur-ulur waktu dan tentu saja, ini akan menelan dana atau biaya yang lebih banyak," jelas Said. Di Makassar katanya, ada dua BUMN yang menghadapi persoalan cukup serius yakni PT Industri Kapal Indonesia (IKI) dan PT Perkebunan Nasional (PN) XIV. Menurut Said, pihaknya juga akan kembali melakukan penyehatan, terutama penyelesaian RDI dan Soft Loan Agreement (SLA) trehadap PT IKI. "Kapal-kapal pencari ikan yang banyak menumpang di pelabuhan itu, segera dicarikan jalan keluar, misalnya mencari investor guna melakukan kerjasama operasi jangka panjang," jelas Said seraya menambahkan bahwa PT IKI memiliki potensi yang sangat besar. "Ini semua gara-gara politik. 10 tahun lamanya, kita disibukkan dengan masalah politik sehingga pembangunan dan roda perekonomian terabaikan," lanjutnya. Sementara itu, khusus masalah PTPN XIV, pihaknya akan memberikan suntikan modal sebesar Rp100 miliar guna merehabilitasi pabrik dan perkebunan milik BUMN ini. Selama ini lanjut Said, besarnya beban utang pabrik gula tersebut, membuat BUMN ini tidak `bankable` sehingga tidak mendapatkan pinjaman. Sementara itu, Direktur PTPN XIV, Hendra Iskak berharap dari penyertaan modal yang diberikan kementerian BUMN, produksi yang dihasilkan pabrik gula ini, menjadi dua kali lipat. "Kalau dana itu sudah bergulir kita berusaha mneargetkan produksi gula yang dihasilkan sekitar 80 ribu ton seperti yang pernah dicapai pabrik gula ini pada tahun 1994. Kita akan berusaha mengejar produksi gula yang pernah dihasilkan pada tahun 1994," jelas Hendra seraya menargetkan realisasi produksi gula akan dicapai sekitar tahun 2010.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007