Gowa (ANTARA News) - Anjing pelacak (K9) milik Direktorat Sabhara Polda Sulawesi Selatan yang dikerahkan untuk membantu proses pencarian korban tertimbun longsoran di Desa Pallantikang, Kecamatan Manuju, Kabupaten Gowa berhasil mengendus bau jasad korban.

"Anjing pelacak Direktorat Sabhara langsung diterjunkan hari kedua pasca musibah banjir bandang dan longsor itu, hasilnya sangat membantu," ujar Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Pol Dicky Sondani di Makassar, Kamis.

Ia mengatakan kehadiran anjing pelacak di daerah musibah longsoran banyak membantu tim sukarelawan karena indera penciuman dari anjing pelacak jauh lebih hebat dari manusia.

Kombes Dicky menyatakan untuk jenazah yang tertimbun langsung dilakukan evakuasi sedangkan jenazah yang membutuhkan penanganan peralatan tambahan hanya diberikan tanda.

"Ada beberapa jenazah yang dilacak itu bisa langsung di evakuasi dan dimasukkan dalam kantong jenazah. Sedangkan yang tertimbun, diberi tanda saja dulu sama anggota untuk kemudian dilakukan penggalian atau menggunakan alat tambahan," katanya.

Dia mengatakan pencarian korban langsung dipimpin oleh Direktur Sabhara Polda Sulsel Kombes Pol Jhony Triharto serta para pawang dari anjing pelacak tersebut.

Mantan Direktur Sabhara Polda Kepulauan Riau (Kepri) itu menyatakan anjing pelacak milik Polda Sulsel ini berhasil mengendus empat titik sumber bau dan satu titik telah dilakukan evakuasi terhadap tiga orang korban tertimbun tanah longsor.

"Hasilnya efektif dan anjing K9 ini berhasil menemukan jasad korban dengan mencium baunya langsung. Satu titik itu menemukan tiga jasad. Selanjutnya jasad ini dibawa ke Posko DVI Biddokkes Polda Sulsel untuk dilakukan proses identifikasi," terangnya.

Pada musibah banjir bandang dan longsor itu, tim gabungan evakuasi telah menemukan 29 korban meninggal dunia baik tertimbun longsoran maupun tersengat arus listrik serta terseret arus air saat banjir.*


Baca juga: Korban meninggal di Gowa bertambah menjadi 27 orang

Baca juga: Material longsor yang tutup jalan mulai dibersihkan

Pewarta: Muh. Hasanuddin
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019